Keberadaan darah menjadi sesuatu yang vital terutama bila terkait dengan nyawa seseorang. Sudah menjadi rahasia umum apabila proses penyediaan darah di Indonesia cenderung membutuhkan proses yang lama dari dari pemesanan hingga pasien mendapatkan darah yang sesuai. Sejumlah masyarakat menyayangkan kelambanan penyediaan kantong darah untuk rumah sakit karena yang menjadi taruhannya adalah nyawa manusia.
Tidak ingin tinggal diam melihat fenomena tersebut, sekumpulan mahasiswa asal Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat sebuah aplikasi BlooBIS (Blood Bank Information System) yang dapat membantu mempermudah pemesanan darah hingga darah dapat segera digunakan oleh pasien yang membutuhkan. BloobIS adalah aplikasi blood supply chain pertama dengan konsep yang mampu menghubungkan pihak pencari darah, yaitu masyarakat umum dan rumah sakit dengan penyedia darah yaitu Unit Donor Darah).
“BloobIS menjadi aplikasi pertama di Indonesia yang mampu menghubungkan Unit Donor Darah (UDD) sebagai cabang Palang Merah Indonesia (PMI) dengan pihak pencari darah, baik rumah sakit dan masyarakat luas yang mengintegrasikan seluruh informasi,” kata Leonika Sari sebagai Public Relations & Marketing Manager, BlooBIS dalam kompetisi Student Startup Icon 2015 di kantor Markplus, beberapa waktu lalu.
Ia melanjutkan bahwa informasi yang akan diterima pengguna aplikasi ini adalah informasi rantai pasok kantong darah mulai proses pendataan histori pendonor, penyadapan darah, manajemen kantong darah, pemesanan dan pengiriman kantong darah, pemakaian darah, hingga fitur sosial yang langsung berhubungan dengan penyampaian informasi stok darah dan kegiatan donor kepada masyarakat luas.
BlooBIS sebagai startup dalam perjalanannya telah berhasil menorehkan berbagai prestasi, di antaranya meraih Merit Award Kategori ICT Award Kemkominfo 2013, Juara pertama kategori IT Mandiri Young Technopreneur Award 2013, dan pada tahun 2014 lalu diundang oleh Massachusetts Institute of Technology dalam MITx Global Entrepreneurship Bootcamp 2014.
Leonika menjabarkan bahwa potensi BloobIS sangat besar. Contoh, untuk di provinsi Jawa Timur, kemampuan pasokan darah sebanyak 250.000 kantong darah/ tahun. Maka, BloobIS akan mengambil 20% permintaan , yaitu sekitar 50.000 kantong darah/ tahun. Satu aplikasi akan dikenakan biaya Rp 10.000. Jadi, proyeksi pendapatan BloobIS sebesar Rp 500 juta.
Untuk merealisasikan program ini, BloobIS memang membutuhkan dana yang tidak sedikit, sebesar 220 juta. Namun, Leonika mengatakan bahwa modal adalah hal yang kesekian, yang terpenting adalah BloobIS mendapatkan persetujuan dari PMI agar program ini bisa segera diterapkan di Indonesia. Pasalnya BloobIS selama ini terkendala persetujuan dari PMI. Sembari menunggu respon PMI yang lambat, BloobIS ingin memulai dari masyarakat dengan menggerakan masyarakat untuk melakukan donor darah secara rutin.
“Jadi, sasaran kami adalah masyarakat yang belum rutin mendonor darah supaya menjadi rutin mendonor. Kami sudah mulai melakukan pendekatan ke mahasiswa ITS. Untuk itu, kami masih dalam tahap pengembangan aplikasi. Rencananya Juni 2015 aplikasi BloobIS versi Beta akan diluncurkan tahun 2015 ini,” pungkas Leonika.