Boeing mengaku bertanggung jawab atas kecelakaan pada dua pesawat 737 Max yang mereka produksi. Mereka menegaskan akan fokus memperbaiki kekurangan yang ada, namun masih banyak protes yang bergulir meminta produksi pesawat tersebut diberhentikan terlebih dulu. Tidak sedikit maskapai yang sudah melakukan pemesanan membatalkan pembelian mereka, salah satunya Garuda Indonesia.
Boeing diketahui masih menjalani proses sertifikasi ulang di Federal Aviation Administration (FAA) untuk kelayakan 737 Max terbang kembali. Proses tersebut diperkirakan selesai pada April 2020. Namun, belum ada kepastian mengenai hal tersebut.
Masalah keamanan menjadi isu utama yang dihadapi Boeing dan untuk mengantisipasi hal tersebut, mereka bertekad melakukan perubahan. Jika sebelumnya Boeing pernah menganggap simulator latihan untuk pilot 737 Max tidak penting, perusahaan produsen pesawat tersebut menyatakan sebaliknya. “Keselamatan adalah prioritas teratas Boeing,” tegas CEO Boeing Greg Smith, pada pernyataan resmi yang dirilis Selasa (7/1/2020).
Dilansir The Verge, Smith menjelaskan bahwa kepercayaan dari publik, konsumen dan para pemilik saham pada 737 Max sangat penting bagi Boeing. Karenanya, Boeing memutuskan untuk menghadirkan simulator latihan yang akan dikombinasikan latihan dengan computer-based untuk seluruh pilot.
Pada akhir tahun 2018 dan awal tahun 2019, kecelakaan pesawat yang menewaskan ratusan penumpang Boeing 737 Max mendapatkan banyak perhatian dari dunia. Dua kecelakaan tersebut diduga berkaitan dengan piranti lunak anti-stall yang dikenal sebagai Maneuvering Characteristics Augmentation MCAS.System (MCAS) yang diproduksi oleh Boeing. Para pilot sebelumnya tidak mengetahui dan tidak mendapatkan pelatihan tentang bagaimana harus bertindak ketika sistem tersebut tidak berfungsi.
Editor: Sigit Kurniawan