Hasil laporan keuangan raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) memperkuat kekhawatiran booming dalam layanan cloud mulai mereda. Praktis, hal itu membatasi sumber pendapatan pada saat ekonomi yang melambat memukul bisnis-bisnis perusahaan lainnya.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (4/3/2023), saat ini, pasar bertaruh pada kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) sebagai pendorong pertumbuhan berikutnya. Pendapatan dari Amazon.com Inc, dan Microsoft Corp yang mendominasi pasar cloud menunjukkan bahwa pertumbuhan dalam bisnis ini berada di titik terendah.
Alphabet Inc, induk Google yang memiliki bisnis cloud terkecil di antara kedua kompetitor besar melaporkan Google Cloud tumbuh 32%. Pertumbuhan itu menjadi paling lambat sejak perusahaan melaporkan kinerja bisnis cloud pada tahun 2019.
BACA JUGA: CEO Amazon: Kami Akan PHK Lebih dari 18.000 Pegawai
Laporan keuangan yang buruk mencerminkan pergeseran ke penghematan pascapandemi oleh pelanggan korporat yang anggarannya telah tertekan pada tahun lalu karena inflasi dan kenaikan suku bunga.
“Setelah dianggap sebagai aliran pendapatan paling defensif di bidang teknologi, kami melihat investor mempertanyakan siklus bisnis (cloud),” kata analis di Bernstein.
Layanan cloud telah lama menjadi sumber pendapatan yang dapat diandalkan oleh Microsoft dan Amazon. Pencipta sistem operasi Windows diketahui membukukan pertumbuhan sekitar 50% dalam bisnis cloud Azure untuk setiap kuartal pada tahun 2020, saat pandemi memaksa orang untuk bekerja dan belajar di rumah.
Sementara itu, pemimpin pasar, yaitu Amazon Web Services (AWS) melaporkan lonjakan penjualan sekitar 30% pada periode yang sama. Akan tetapi, semua itu telah berubah.
BACA JUGA: Hadapi Ketidakpastian Ekonomi, Amazon Terima Pinjaman US$ 8 Miliar
Saat ini, AWS mengalami perlambatan pertumbuhan ke rekor terendah, yaitu 20% dalam tiga bulan terakhir tahun 2022 menjadi US$ 21,4 miliar, masih di bawah perkiraan analis yang disurvei Refinitiv US$ 22,03 miliar. Pendapatan Microsoft dalam bisnis cloud cerdasnya yang mencakup Azure melonjak 18%, mengalahkan ekspektasi untuk bulan Oktober hingga Desember.
Namun, untuk perkiraan kuartal saat ini sebesar US$ 21,7 miliar hingga US$ 22 miliar, berada di bawah estimasi US$ 22,14 miliar.
“Perlambatan di AWS bahkan lebih buruk dari yang diperkirakan dan berarti Amazon tidak dapat terlalu bergantung pada laba operasional unit bisnis tersebut pada kuartal-kuartal mendatang,” kata Andrew Lipsman, analis utama di Insider Intelligence.
Brian Olsavsky, kepala keuangan Amazon menuturkan perusahaan memperkirakan tingkat pertumbuhan cloud lebih lambat untuk beberapa kuartal ke depan. Hal ini senada dengan Microsoft, yang memperkirakan pertumbuhan bisnis cloud Azure akan melambat 4-5 basis poin pada kuartal pertama 2023.
“Mungkin ada banyak ketidakefisienan dalam pengeluaran cloud dan sekarang ada pergeseran fokus ke efisiensi yang lebih besar,” kata James Cordwell, analis di Atlantic Equities.