Di zaman yang serba digital seperti saat ini, peran AIoT atau gabungan antara artificial intelligence (AI) dan internet of Tthings (IoT) semakin diandalkan. Berdasarkan Bosch Tech Compass, sebuah survei yang dilakukan di lima negara, 72% masyarakat dunia meyakini kemajuan teknologi akan membawa dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Berangkat dari situ, Bosch yang merupakan salah satu penyedia layanan dan teknologi kelas dunia yang telah hadir di Indonesia turut mengandalkan IAoT dalam melanjutkan kontribusinya, khususnya di sektor kesehatan. Bosch memperkenalkan serangkaian solusi AIoT, seperti alat dengan sistem sensor audio Bosch Sound See yang berguna untuk menganalisa pola napas anak dan mendeteksi masalah paru-paru tahap awal serta Dryad’s Silvanet Wildfire yang merupakan sistem sensor gas Bosch sebagai sensor gas pertama yang dilengkapi kecerdasan buatan pada ajang Consumer Electronic Shoe 2022 di Amerika pekan lalu.
Dalam menciptakan alat berbasis SoundSee ini, Bosch berkolaborasi dengan perusahaan kesehatan nirlaba Highmark di Pittsburgh, Amerika. Aplikasi ini digunakan untuk meneliti bagaimana kecerdasan buatan audio mampu sebagai alat diagnosis pada kedokteran anak. Bosch dan Highmark mengadaptasi sensor tersebut untuk mendengarkan pola napas anak agar bisa mendeteksi masalah paru-paru seperti asma sejak awal. Sebelumnya, di tahun tahun 2019 Soundsee ini telah digunakan untuk mengidentifikasi suara-suara yang tidak biasa di International Space Station (ISS).
Mike Mansuetti, Presiden Bosch Amerika Utara menyampaikan bahwa mengadopsi penggunaan SoundSee di bidang kedokteran merupakan bentuk upaya Bosch merealisasikan semangat invented for life. “Cara Bosch memaknai high tech adalah dengan memanfaatkan teknologi inovatif untuk meningkatkan kesehatan anak,” ujarnya.
Sementara terkait sensor gas Bosch, sensor gas Bosch digunakan untuk melindungi manusia dan kelestarian alam. Diperkuat oleh kecerdasan buatan merupakan bagian penting sistem Dyrad’s Silvanet Wildfire Censor yang mampu menjadi pengendus digital untuk mendeteksi kebakaran hutan sedini mungkin. Sensor Dyrad yang dipasang pada pohon-pohon mampu memantau iklim mikro sekitarnya. Pada praktiknya, ketika sensor menangkap adanya parameter potensi kebakaran, sistem akan mengirimkan informasi tersebut secara nirkabel kepada pihak yang berwenang setempat jauh sebelum sistem berbasis satelit dapat melakukannya.
Menurut Mansuetti, solusi ini tidak hanya mampu mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh kebakaran, namun juga mampu mengurangi emisi karbon global dari kebakaran hutan. “Sensor ini dapat menyelamatkan nyawa, rumah bahkan mencegah banyaknya CO2 yang bisa memasuki atmosfer,” ungkap Mansuetti.
Editor: Eko Adiwaluyo