Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) resmi melakukan kerja sama dengan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo). Kolaborasi kedua pihak merupakan upaya untuk meminimalisir bahaya berita palsu (hoaks). Utamanya, kabar-kabar yang beredar di media sosial dan berkaitan dengan kesehatan.
Kerja sama ini juga menjadi langkah BPOM untuk mengedukasi masyarakat untuk berpikir kritis terhadap berita apapun yang diterima. Kendati demikian, masih banyak yang harus dikerjakan. Alasannya, butuh reformasi pendidikan agar masyarakat bisa lebih sadar untuk menyaring berita.
“Menyebarkan atau mempercayai hoaks itu adalah karakter. Untuk mengubahnya, harus dimulai dari pendidikan dalam keluarga. Kata kuncinya adalah literasi. Dalam sebuah penelitian, orang Indonesia hanya membaca 27 halaman per tahun dengan peringkat minat baca masyarakat kita menempati urutan ke 60 di dunia,” ujar Deddy Mulyana, Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.
Deddy juga menjelaskan bahwa media sosial merupakan perpanjangan tangan dari panca indera manusia. Melihat kebiasaan dan budaya komunikasi budaya di Indonesia, masyarakat cenderung senang bercerita dan berkelompok. Budaya atau kebiasaan itu kemudian menjadi parah hasilnya karena rendahnya literasi.
Karena, itu disarankan ke depannya, edukasi tidak hanya bersifat membentuk. Tetapi, lebih kepada membangun kesadaran baru yang bersifat jangka panjang. Dalam hal ini, penyaringan informasi agar tidak salah dan justru merugikan karena adanya berita palsu.
Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugoro mengungkapkan hoaks tidak saja menjadi permasalahan di Indonesia, tetapi juga di dunia. Setiap bulan, ada 60-100 hoaks yang tercatat oleh Mafindo. Tema paling besar adalah politik, disusul agama dan kesehatan.
“Pada tahun 2018, ada 6% hoaks yang terkait isu obat dan kesehatan. Meski jumlahnya kecil, namun tidak bisa dianggap ringan. Hoaks-hoaks terkait kesehatan bisa menimbulkan kepanikan di masyarakat,” ungkap Septiaji.
Dalam kerja sama dengan BPOM sendiri, Mafindo kini diperkuat dengan 500 relawan dari 17 kota. Dari keseluruhan relawan, termasuk di dalamnya alumni dari BPOM. Kolaborasi ini diharapkan bisa memperkuat ekosistem antihoaks ke depannya.
Editor: Sigit Kurniawan