Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor Indonesia untuk periode November mencapai US$ 18,96 miliar atau setara Rp 296,1 triliun (kurs Rp 15.517 per US$). Jumlah tersebut turun sebesar 0,91% dibandingkan dengan Oktober 2022.
Habibullah, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS menjelaskan jika dibandingkan dengan November 2021 impor mengalami penurunan sebesar 1,89%. Secara terperinci, impor komoditas minyak dan gas bumi (migas) turun sebesar 7,30% dibandingkan dengan November 2021.
BACA JUGA: BPS Laporkan Inflasi November 2022 Tembus 5,42%
Sementara itu, impor nonmigas pada November senilai US$ 16,16 miliar atau naik 2,45% dibandingkan Oktober 2022. Realisasi tersebut turun sebesar 0,89 dibandingkan November 2021.
“Penurunan impor golongan barang nonmigas terbesar November 2022 dibandingkan Oktober 2022 adalah serealia senilai US$ 91,6 juta atau 25,28%, sedangkan peningkatan terbesar adalah mesin, peralatan mekanis, dan bagiannya senilai US$222,8 juta atau 8,5%,” kata Habibullah dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis (15/12/2022).
BACA JUGA: Impor Oktober 2022 US$ 19,13 Miliar, Neraca Perdagangan RI Surplus
Menurut dia, pemasok barang impor sektor nonmigas terbesar selama Januari hingga November 2022 adalah Cina senilai US$ 61,39 miliar atau berkontribusi 34,3%. Kemudian disusul Jepang senilai US$ 15,58 miliar yang berkontribusi 8,64% dan Thailand sebesar US$ 10,09 miliar atau 5,60%.
Selanjutnya, impor nonmigas dari negara-negara kawasan Asia Tenggara (ASEAN) sebesar US$ 30,38 miliar atau setara dengan 16,84%. Impor lainnya berasal dari Uni Eropa sebanyak US$ 10,42 miliar atau berkontribusi 5,77%.
Berdasarkan golongan penggunaan barang, nilai impor Januari hingga November 2022 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada barang konsumsi US$ 333,5 juta atau sebesar 1,88%. Kemudian, bahan baku atau penolong sebesar US$ 35.079,0 juta atau 26,62%, dan barang modal US$ 7.333,5 juta atau 28,88%.
“Secara umum neraca perdagangan Indonesia November 2022 mengalami surplus US$ 5,16 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas US$ 6,83 miliar. Namun, harus tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$ 1,67 miliar,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk