Perkembangan teknologi dan informasi telah menggeser lifestyle masyarakat, tak terkecuali dalam bidang pemasaran. Personal branding yang dilakukan seorang influencer dapat digunakan brand dalam upaya memasarkan produk mereka. Tapi, ada data yang mengatakan 73% marketers memiliki anggaran yang akan dialokasikan bagi marketing influencer.
Dilansir dari www.forbes.com, influencer adalah individu yang memiliki pengaruh signifikan pada platform media sosial. Brand bermitra dengan influencer untuk mempromosikan produk atau layanan mereka.
Beberapa waktu terakhir, menggunakan jasa influencer dalam memasarkan produk terbukti cukup efektif. Hal ini tergambar dari riset yang dilakukan ION, 71% konsumen cenderung melakukan pembelian berdasarkan referensi media sosial, dan 70% pelanggan remaja cenderung mempercayai pendapat influencer dibandingkan selebriti tradisional.
Namun, ada beberapa hal yang perlu diketahui brand sebelum menggunakan jasa influencer. Selain harus memastikan kesesuaian representasi brand dengan personality influencer, brand harus memikirkan hubungan jangka panjang dengan influencer. Hal ini berkaitan dengan kontrak antara influencer dengan brand yang bersangkutan. Belakangan, beberapa brand telah melirik langkah ini, diantaranya Nike.
Nike merupakan salah satu brand yang telah memastikan hubungan jangka panjang dengan influencer pilihannya. Untuk pertama kali dalam sejarah perusahaan, Nike melakukan kontrak jangka panjang selama tujuh tahun dengan seorang influencer, Lebron James.
Dengan kontrak senilai US$ 90 juta, Nike berupaya memastikan eksklusivitas dari James sebagai influencer pilihan mereka. Nike memastikan tidak ada rival yang menggunakan James untu memasarkan produknya selama tujuh tahun mendatang.
Seiring menguatnya pengaruh influencer dalam pemasaran, sederet influencer ternama terus meningkatkan tarif mereka. Menanggapi hal ini, Founder of HYPR Gil Eyal berpendapat, brand dapat mengatasi hal ini dengan menggunakan jasa influencer mikro dalam jumlah besar.
“Terdapat lebih dari 90% posting yang dibuat influencer dengan pengikut kurang dari satu juta. Jumlah ini sekitar 60% di awal 2016. Pada awal 2016, seorang klien mengaku puas menggunakan jasa dua influencer yang masing-masing memiliki sekitar dua juta pengikut. Saat ini, mereka akan menggunakan 20-30 influencer mikro dengan jumlah followers yang tentunya lebih kecil dari influencer ternama,” jelas Eyal.
Menurut Eyal, menggunakan jasa influencer mikro dalam jumlah yang banyak pun cukup efektif dibandingkan harus mengeluarkan banyak uang untuk menggunakan jasa satu orang influencer ternama.
Editor: Sigit Kurniawan