Meskipun Indonesia merupakan pasar yang besar dengan 250 juta penduduk, banyak brand yang melakukan ekspansi di luar Indonesia untuk memperluas pasar. Mayora menjadi salah satu yang melakukan strategi tersebut. Salah satunya adalah menyasar Filipina sebagai medan perang mereka. Meskipun sama-sama negara ASEAN, Filipina memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.
Disampaikan oleh Ricky Afrianto selaku Global Marketing Director Mayora pada ajang MarkPlus Conference 2018 di Jakarta (7/12/2017), bahwa saat ini konsumen sektor FMCG sudah berubah dan semakin sulit dipahami. Ricky melihat ada karakteristik berbeda terkait minuman kopi kemasan di Indonesia dan Filipina. Melalui brand Kopiko, Mayora mempersiapkan beragam strategi untuk menembus Filipina.
“Di Filipina, kami ingin menantang status quo yang ada. Di sana, kopi identik dengan pria yang macho. Tapi kalau kami melakukan hal yang sama dengan persepsi yang ada kami tidak ada bedanya dengan pemain lain,” ujar Ricky.
Ia berprinsip, untuk memenangkan kompetisi bergantung pada tiga komponen yaitu product, process, dan people. Dalam artian produk harus bisa diterima, prosesnya tidak boleh simpel dan bisa dibawa pada market tujuan. “Semua manusia senang melihat yang cantik. Ketika di Filipina kami menggunakan citra wanita cantik untuk bisa menjaring konsumen,” tambahnya.
Hasilnya Kopiko berhasil menaiki tangga hingga peringkat pertama dalam hal penetrasi pasar di Filipina. Ia melihat kalau memang serius, merek Indonesia bisa untuk besar di pasar asing.
“Kita memang harus exploring other segments tapi jangan sampai brand kita kelihatan mencla-mencle. Lebih kita lead daripada follow, jangan menunggu, jangan bicara sebelum membesarkan market,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, hal ini juga disampaikan oleh Ike Hamdan, Head Marketing of Rumah.com. Platform properti digital asal Singapura ini melihat potensi yang besar di Indonesia, khususnya kalangan kelas menengah. Ia berpendapat bahwa sebanyak 1/3 dari penduduk Indonesia adalah kalangan kelas menengah dan sebagian adalah kelas millenial. Ia membagi konsumen properti dalam tiga segmen, yakni first time buyer, upgrader, dan, investement. Rumah.com mulai menyasar kalangan first timer buyer yang rata-rata adalah millenial.
“Sudah bukan masanya orang nonton tv betah selama 40 menit. Khusus millennials segala informasi harus fleksibel dan bisa dilihat di mana saja,” ujar Ike.
Saat ini, orang yang akan membeli rumah dan produk lainnya perilakunya hampir sama. Sebagian besar dari mereka mencari informasi dan rekomendasi di Internet. Meskipun platfrom-nya digital, Ike tidak serta merta melimpahkan semua promosi marketingnya dalam bentuk digital platform. Baginya yang terpenting dalam industri properti adalah menyampaikan informasi properti yang transparan, membagi informasi yang relevan, dan menjadi mitra yang memiliki pemahaman luas kepada para konsumennya.
“Di platform digital itu, visitor emang penting, tetapi buat apa visitor banyak kalau tidak berpengarus pada bisnis dan sales,” pungkasnya.
Editor: Sigit Kurniawan