Loyalitas pelanggan menjadi salah satu faktor yang membuat sebuah bisnis dapat terus bertahan dan berkembang besar. Untuk itu, berbagai macam strategi marketing penting dilakukan guna meningkatkan loyalitas pelanggan.
Saat memulai, sebuah bisnis akan berusaha untuk mengubah konsumen menjadi pelanggan setia. Selanjutnya, hal yang menjadi tujuan berikutnya adalah mempertahankan kesetiaan pelanggan.
Untuk mencapai tahap tersebut tentu saja tidak mudah. Namun, jika sebuah produk telah menjadi kebutuhan bagi pelanggan, apalagi sudah masuk ke dalam pemikirannya, maka sudah masuk tahap brand ritual.
Hal ini, biasanya diawali dengan melakukan ritual merketing. Apa itu?
BACA JUGA Personalized Marketing: Setiap Konsumen Ingin Kebutuhannya Dimengerti
Menurut Ignatius Untung, Praktisi Marketing & Behavioral Science, brand ritual adalah suatu cara untuk membuat ritual-ritual sebagai gimmick.
“Strategi ini didasarkan oleh perception is reality, yakni ketika otak memercayai sebuah persepsi maka itu bisa jadi realitas setidaknya di otak kita. Sama halnya dengan ungkapan bahwa kita melihat dunia bukan seperti adanya dunia tapi seperti apa adanya pikiran kita,” ujar Untung dalam program Market Think dalam kanal YouTube Marketeers TV.
Artinya, strategi pemasaran ini membuat sebuah brand terlibat di dalam kegiatan manusia yang erat kaitannya dengan sikap, keyakinan dan perilaku. Sederhananya, konsumen memiliki keyakinan pada suatu brand.
Bahkan, keterlibatan brand tersebut dalam kehidupan sehari-hari dijadikan sebuah kewajiban.
BACA JUGA JNE Lakukan Entertainment Marketing Melalui Sponsorship
Untuk itu, Untung menambahkan konsep brand ritual dapat menghasilkan placebo effect.
“Ritual marketing bisa bikin placebo effect, sebenarnya enggak ada apa-apanya, tapi karena orang punya keyakinan dan terus bergulir sehingga akhirnya seolah benar terjadi,” tutur Untung.
Di sisi lain, Untung mengimbau untuk mempertimbangkan beberapa hal sebelum menggunakan strategi ritual marketing. Salah satunya, pastikan untuk melihat kemungkinan risiko yang terjadi.
“Sebelum merancang ritual marketing, pastikan untuk melihat risikonya, lalu seberapa jauh akan melakukannya, apakah overclaimed, lalu implisit atau enggak,” ucap Untung.
Menurutnya, jika strategi yang dilakukan minim risiko dan just for fun, serta tidak overclaimed, maka bisa dilakukan. Selanjutnya,brand bisa mendapatkan untung sebanyak mungkin, termasuk loyalitas pelanggan.
Editor: Ranto Rajagukguk