Dalam era di mana komunikasi dan interaksi antara merek dan konsumen makin terintegrasi, konsep brand spirituality muncul sebagai cara yang unik dan mendalam untuk menghubungkan merek dengan audiensnya. Brand spirituality tidak hanya berkaitan dengan produk atau layanan yang ditawarkan oleh sebuah merek, tetapi juga dengan bagaimana merek tersebut menginspirasi dan membangun hubungan yang lebih dalam dengan konsumennya.
Gigih R Yudhistira, Head of Marketing Beauty Company mengatakan brand spirituality dianalogikan sebagai detak jantung dari hubungan konsumen dan brand.
BACA JUGA J&T Express Bangun Brand Association Lewat Big Bad Wolf Books 2024
“Bicara brand spirituality, adalah detak jantung dari hubungan antara konsumen dan brand sehingga akhirnya mereka dapat percaya pada produk dan layanan yang ditawarkan,” kata Gigih dalam acara The 20th MIST di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Jumat (23/2/2024).
Dalam kesempatan yang sama, ia juga mengatakan melalui spirituality, merek dapat menyampaikan value yang dimilikinya kepada konsumen.
“Untuk itu, ciptakan persona dari brand spirituality yang sudah dibangun, dan bahasanya pun harus sesuai dengan karakter audiens yang dituju,” ujar Gigih.
Pasalnya, brand spirituality melibatkan value merek yang lebih dalam dan perasaan keselarasan dengan sekitar. Pada dasarnya, brand spirituality mencoba untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk memiliki makna dan tujuan yang lebih besar dalam hidupnya.
Di sisi lain, menurut Gigih, masa pandemi COVID-19 memunculkan fenomena shifting pada konsumen yang membuat masyarakat memiliki value tersebut terhadap brand.
BACA JUGA Perencanaan Strategis, Kunci Sukses Merek Kuat dalam Bisnis
– Spiritual : aspek spiritual menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan merek, terlebih pada masa pandemi COVID-19 konsumen berada di titik terendahnya.
– Safety and security: pandemi COVID-19 membuat konsumen begitu concern dengan jaminan keamanan sebuah produk, dan tentu saja perlu menjadi perhatian bagi brand
– Screen: era digital sekarang mampu mengubah kebiasaan masyarakat begitu drastis, dan sekarang mereka mencari informasi apapun melalui layar ponsel digital.
– Self expression: di tengah arus informasi yang begitu derasnya, hingga kini konsumen masih membutuhkan aktualisasi diri,
– Social: terakhir, konsumen sekarang juga begitu memperhatikan value yang dimiliki dari sebuah brand, bukan hanya tentang produk yang ditawarkannya.
Editor: Ranto Rajagukguk