Tesla, produsen kendaraan listrik asal Amerika Serikat (AS) sempat bereksperimen dengan iklan konvensional. Ini amat berbeda dengan umumnya yang dilakukan sang CEO, Elon Musk yang lebih memilih promosi dari mulut ke mulut dan memanfaatkan pengaruhnya di media sosial.
Faktanya eksperimen itu tak berlangsung lama. Pasalnya, Tesla membubarkan tim pemasarannya di tengah kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) perusahaan secara luas. Apakah Tesla akan melakukan strategi yang sama seperti sebelumnya?
Bagaimana strategi pemasaran Tesla ke depan dan apa yang bisa dipelajari oleh pemasar? Dilansir dari Clickz, simak selengkapnya dalam artikel berikut:
BACA JUGA: Tesla Batalkan Rencana Pembuatan Mobil Listrik Murah
Pembubaran Tim Pemasaran Tesla
Upaya periklanan tradisional Tesla terhenti dengan dibubarkannya tim pemasaran yang baru dibentuk. Tim ini terdampak dari kebijakan PHK yang mengarah ke seluruh divisi.
Di sisi lain, keputusan untuk membubarkan tim pemasaran datang langsung dari Musk karena merasa tidak suka dengan iklan konvensional. Kritik Musk mengarah terhadap hasil dari tim pemasaran yang melahirkan iklan yang “terlalu biasa”.
Padahal, strategi pemasaran yang kuat datang dari keunikan dan tidak bisa menjalankan dengan cara-cara yang tradisional. Langkah tersebut tidak hanya mencerminkan pendekatan unik Musk terhadap bisnis, tetapi juga menandakan evaluasi ulang tentang bagaimana Tesla mempromosikan merek dan produknya.
BACA JUGA: Penjualan Turun, Tesla Pangkas Harga Mobil Listrik di Cina dan Jerman
Terlepas dari penggunaan iklan tradisional, kebergantungan Tesla terhadap pribadi Musk dan promosi dari mulut ke mulut tetap menjadi strategi pemasaran utamanya.
Sikap Musk terhadap Iklan dan Dampaknya
Keengganan Musk terhadap iklan tradisional memang terlihat jelas dan tertanam kuat dalam identitas merek Tesla. Alih-alih mengandalkan iklan konvensional, Musk telah memanfaatkan kehadirannya di media sosial yang cukup berpengaruh untuk mempromosikan produk Tesla secara langsung kepada jutaan pengikutnya.
Pendekatan yang tidak konvensional ini tidak hanya memungkinkan Tesla untuk menghemat biaya iklan, tetapi juga menumbuhkan hubungan yang unik dengan basis pelanggannya. Strategi Musk memang tengah menjadi tren dan dianggap autentik untuk membangun engagement dalam pemasaran digital.
BACA JUGA: Kalah Perang Harga EV, Elon Musk Pangkas 10% Pekerja Tesla
Namun, tidak memanfaatkan iklan tradisional menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana efektivitas pemanfaatan branding pribadi dan pengaruh media sosial ke depannya. Pasalnya, dengan pertumbuhan pasar kendaraan listrik yang besar, Tesla akan memiliki banyak pesaing dengan bisnis sejenis.
Dongkrak Penjualan dan Naikkan Harga Saham Tesla
Tesla tengah menyiapkan sejumlah langkah dalam menghadapi penurunan penjualan sekaligus mengerek harga sahamnya. Kebijakan untuk mendongkrak penjualan salah satunya dengan menurunkan harga produk Tesla secara signifikan sehingga mobil listriknya bisa diakses semua kalangan.
Strategi harga ini diharapkan bisa mendorong permintaan dan meningkatkan volume penjualan, yang berpotensi mengimbangi dampak dari pendapatan per unit yang lebih rendah. Selain itu, Tesla telah melakukan penyesuaian pada harga software Full Self-Driving (FSD) dengan mengurangi biaya, dan sebagai gantinya dapat meningkatkan daya tarik terhadap fitur-fitur bantuan pengemudi yang canggih.
Penyesuaian harga ini dilengkapi dengan inovasi berkelanjutan Tesla dalam pengembangan produk, yang dibuktikan dengan pengenalan model-model baru dan pembaruan terhadap model-model yang sudah ada. Pendekatan yang menyeluruh ini diharapkan memperkuat posisi Tesla di pasar, mendorong penjualan dan meningkatkan harga sahamnya.
Pelajaran untuk Pemasar: Memahami dan Menjangkau Audiens
Dari strategi pemasaran Tesla, pemasar bisa belajar pentingnya memahami dan menjangkau target audiens. Pertama, kebergantungan Tesla terhadap pribadi Musk menyoroti pentingnya kekuatan autentisitas dan keterlibatan secara langsung.
Para pemasar dapat belajar dari pendekatan Teslas dengan memanfaatkan platform media sosial untuk menciptakan hubungan yang tulus dengan audiens mereka. Kedua, eksperimen singkat Tesla dengan iklan tradisional menyoroti pentingnya menyelaraskan strategi pemasaran dengan identitas merek dan ekspektasi audiens.
Hal ini mengajarkan para pemasar pentingnya konsistensi dalam penyampaian pesan dan kebutuhan untuk berinovasi dalam batas-batas yang sesuai dengan audiens mereka. Terakhir, penyesuaian strategi penetapan harga Tesla menunjukkan fleksibilitas dan adaptasi terhadap kondisi pasar.
Para pemasar harus memperhatikan kemampuan Tesla dalam menyesuaikan strateginya untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi pelanggannya yang terus berkembang, memastikan relevansi dan daya saing pasar.
Editor: Ranto Rajagukguk