Minat masyarakat dalam membangun bisnis startup digital di Indonesia nampak meningkat. Semangat ini muncul seiring dengan perkembangan internet dan misi pemerintah pusat untuk melahirkan 1.000 startup digital di Tanah Air. Dalam membangun sebuah startup, banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya, budaya perusahaan.
Jika melihat startup digital atau perusahaan teknologi, budaya tersebut lekat dengan budaya yang santai. Para karyawan tidak berseragam kemeja, jam kerjanya fleksibel, dan suasana kerja yang mengasyikan. Di balik itu semua, meski masih dalam kategori perusahaan rintisan, membangun tim yang kuat di dalam perusahaan adalah hal mutlak. Penting bagi startup untuk menyampaikan visi dan misi ke SDM yang ada.
“Soal budaya perusahaan, bagi startup sangat mudah ketika hanya beranggotakan 20 orang. Namun, sangat sulit menerapkan ketika sudah membesar. Akan sulit menerapkan tidak ada office hour atau pakaian bebas. Mengkolaborasikan budaya dan etos kerja menjadi pekerjaan rumah yang berat,” jelas Joshua Kevin, Founder Talenta.co ketika berbagi pengalaman usai mengikuti Google Launchpad Accelerator di Kantor Pusat Google, Mountain View, California, Amerika Serikat.
Diajeng Lestari dari HijUp mengatakan kunci menangani SDM adalah mendengar lebih banyak. Dengan semakin banyak orang yang ada dalam perusahaan, perusahaan harus semakin mengerti orang-orang tersebut dalam rangka membentuk budaya perusahaan.
“Satu hal yang penting, ikuti passion kita sebagai bahan bakar dalam bekerja. Memang, tidak mudah membangun sebuah startup. Penuh tangis, lelah, seperti roller coaster yang naik turun,” imbuh Diajeng.
Joshua maupun Diajeng merupakan peserta Google Launchpad Accelerator yang telah mendapatkan pelatihan mendalam oleh tim Google di kantor pusatnya. Keduanya membagikan pengalaman pembelajaran yang mereka dapat dari Google.
Editor: Sigit Kurniawan