Moda transportasi umum Indonesia kian unjukkan perkembangan melalui beberapa perbaikan. Sebut saja Kereta Api Indonesia (KAI) yang melakukan perbaikan besar-besaran beberapa waktu terakhir. Kompetisi antar moda transportasi umum pun kian pelik, termasuk bagi moda transportasi bis. Tiket pesawat yang semakin murah dan kehadiran transportasi online menjadi momok baru bagi para pemain bis. Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi mengatakan, pilihan mereka hanya berubah atau mati.
Meski baru menjabat kurang dari dua bulan, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi mengaku sudah merasakan kehawatiran kondisi moda transportasi bis. Menurut Budi, ada sejumlah masalah yang harus segera ditangani oleh para pihak terkait.
“Sekarang ada ketakutan dari para pemain moda transportasi umum, terutama bis. Harga tiket pesawat semakin murah, KAI pun melakukan rentetan perbaikan, termasuk kehadiran pemain transportasi online yang menyebabkan kompetisi kian berat. Kalau bis tidak melakukan perubahan yang signifikan berkaitan dengan level of services, security, and safety maka kita akan mati,” ungkap Budi di Jakarta, Senin (27/11/2017).
Di 2018, Budi mengatakan akan meningkatkan perbaikan 10 terminal. Akan ada dana sebesar Rp 2 miliar bagi masing-masing terminal. Namun, bukan sekadar sisi investasi dana, Budi menambahkan, akan ada perubahan yang ia lakukan terhadap istilah “sopir”.
“Istilah sopir kerap dipandang negatif. Sekarang, saya mengajak para pemain untuk memanusiakan sopir dengan mengubah istilah ini menjadi “Pengemudi”. Saya ingin mengubah mindset para pelaku angkutan umum untuk mengubah pelayanan menjadi lebih baik. Masih banyak tantangan dari persoalan ini, contoh kecil adalah kebersihan dan penampilan yang layak dari staff, ” kata Budi.
Perubahan istilah Sopir menjadi Pengemudi dikatakan Budi akan diikuti dengan perbaikan penampilan pengemudi, seperti menggunakan seragam yang rapih, wangi, bahkan berdasi. Budi percaya, penampilan yang baik akan mendorong para pengemudi untuk memberikan layanan yang terbaik.
Lebih dari itu, Budi mengatakan aspek keselamatan menjadi poin perbaikan terpenting. Pasalnya, kecepatan perubahan yang dilakukan dikatakan Budi kerap tidak diimbangi dengan kesadaran pelaku bisnis transportasi. “Masih banyak yang mengutamakan business oriented, dibandingkan safety oriented,” kata Budi.
Senada dengan Budi, Presiden Direktur Sinar Jaya Teddy Rusli mengungkapkan, hal utama yang harus diperhatikan adalah keselamatan. “Meski dibutuhkan investasi yang besar dalam hal ini, namun ini akan menjadi investasi jangka panjang. Karena jika terjaadi kecelakaan, paling mahal biaya yang harus kita bayar adalah image,” jelas Teddy.
Pada akhirnya, poin-poin ini diungkapkan Budi harus berjalanan beriringan. Semua pihak terkait harus melakukan perubahan. “Pilihannya hanya dua, berubah atau mati,” kata Budi.