Bukan Destinasi Prioritas, Apa yang Buat Pariwisata Banyuwangi Berhasil?

marketeers article

Tidak masuk ke dalam 10 destinasi prioritas, apalagi lima destinasi super prioritas, tak lantas membuat Kabupaten Banyuwangi kalah soal urusan pariwisata. Dengan mengandalkan festival sebagai Unique Selling Proposition (USP), kabupaten ini mampu menjadikan pariwisata sebagai lokomotif perekonomian daerah.

Banyuwangi yang semula hanya memiliki 12 event dalam setahun, kini memiliki 123 event. Bahkan, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengklaim, 123 event tersebut tak menguras pengeluaran lebih dari 1% total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

“Kunci pertama terletak pada rakyat. Banyak pariwisata yang tumbuh, namun hanya investor yang memperoleh keuntungan, sementara rakyat tidak. Di Banyuwangi, kami upayakan keduanya berjalan beriringan,” terang Azwar Anas dalam Indonesia Data and Economy Conference Katadata 2020 beberapa waktu lalu.

Masyarakat Banyuwangi dilibatkan langsung dalam ekosistem pariwisata. Mereka dididik dan diberikan berbagai panggung festival. Dengan mengandalkan semangat gotong-royong, cara ini diharapkan dapat pula menghapus ekstrim kanan dan kiri di tengah masyarakat.

Ia percaya, jika model sosial mampu dikonsolidasi, maka hasil yang diperoleh bisa luar biasa. Tak heran, jika kemudian Azwar Anas mengklaim mampu menekan budget pada 123 event tersebut.

Kunci kesuksesan pariwisata Banyuwangi yang kedua terletak pada endorser.  “Minimal di setiap festival kami ada yang mengunggah ke media sosial. Kalau tidak banyak wisatawan yang unggah, minimal masyarakat Banyuwangi yang menggunggah,” ujar Azwar Anas.

Young women in protective mask walking by wastelands around Kawah Ijen volcano crater. Post apocalypse landscape with clouds of toxic gases from volcanic emissions and dead land poisoned by sulphur.

Selain melibatkan langsung masyarakat dalam festival pariwisata, pemerintah kabupaten Banyuwangi turut menelurkan inovasi di bidang hospitality.

Pemerintah daerah Banyuwangi hanya mengizinkan minimal hotel bintang tiga yang memiliki ballroom untuk bisa berinvestasi di daerah tersebut. Hal ini dilakukan guna menjaga homestay tetap bertumbuh. Catatan pemerintah daerah Banyuwangi menunjukkan, saat ini terdapat 680 homestay di kawasan Banyuwangi yang dimiliki secara individu oleh masyarakat Banyuwangi.

Banyuwangi, Indonesia – Architecture wooden resort bali style with swimming pool and illumination in dusk at Ijen island

Tak berhenti sampai di situ, kunci pertumbuhan dan sustainabilitas bisnis homestay di Banyuwangi juga tak lepas dari langkah digitalisasi. Lini-lini pariwisata di Banyuwangi terhubung dengan berbagai Online Travel Agent.

“Jadi, selain pariwisata harus berbasis rakyat, go digital juga merupakan hal penting. Digitalisasi merupakan kabel penghubung kesejahteraan rakyat,” tutup Azwar Anas.

Sebagai catatan, kabupaten Banyuwangi berhasil menyabet UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism untuk kategori Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola. Dalam dua tahun terakhir, kabupaten dengan julukan The Sun Rise of Java ini juga menyabet predikat Kabupaten Terinovatif dalam Innovative Government Award.

Related