Bukan Guyonan Semata, Brain Rot Bisa Merusak Pikiran dan Mental

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Bagi Anda yang sering berselancar di media sosial, pasti sudah tak asing dengan istilah brain rot, bukan? Tak sedikit warganet yang menjadikannya sebagai guyonan, padahal fenomena ini dapat memengaruhi kemampuan berpikir dan menyebabkan kelelahan mental.

Brain rot sendiri adalah kondisi saat seseorang mengalami penurunan kemampuan berpikir dan kelelahan mental. Kondisi ini banyak dialami oleh remaja dan dewasa muda akibat terlalu sering terpapar konten digital berkualitas rendah, terutama dari media sosial.

Menurut berbagai penelitian, brain rot dapat membuat seseorang menjadi kurang peka secara emosional, cepat merasa lelah secara mental, dan memiliki pandangan negatif terhadap diri sendiri.

BACA JUGA: Pelajaran Parenting yang Bisa Dipetik dari Serial Adolescence

Nur Islamiah, Psikolog IPB University menjelaskan bahwa kondisi ini sering terjadi pada individu yang terlalu banyak mengonsumsi konten digital tanpa kontrol. Kebiasaan seperti doomscrolling (terus membaca berita negatif), zombie scrolling (berselancar di media sosial tanpa tujuan), dan kecanduan media sosial menjadi faktor utama penyebabnya.

“Semua kebiasaan ini dapat meningkatkan kecemasan, stres, hingga depresi,” ujar dosen Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB University yang akrab disapa Mia tersebut, dikutip dari ipb.ac.id, Rabu (26/3/2025).

Tidak hanya itu, brain rot juga berdampak pada kemampuan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, terutama di kalangan remaja. Mia mengungkapkan ada tiga mekanisme utama yang menyebabkan hal ini terjadi, yakni sebagai berikut:

BACA JUGA: Benarkah Merendam Wajah ke Air Es Bermanfaat bagi Kesehatan?

Penurunan Rentang Perhatian (Attention Span)

Remaja yang terbiasa mengonsumsi konten instan, seperti video pendek di TikTok atau Instagram Reels, cenderung kesulitan mempertahankan fokus pada tugas yang lebih kompleks.

“Mereka sering kehilangan kesabaran saat menghadapi masalah yang membutuhkan pemikiran mendalam, sehingga sulit memahami hal-hal yang lebih rumit,” ujar Mia.

Kurangnya perhatian ini juga membuat seseorang mudah terdistraksi dan sering lupa, yang akhirnya memengaruhi kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah.

Kelebihan Beban Kognitif (Cognitive Overload)

Otak yang terus-menerus dibanjiri informasi baru tanpa kesempatan untuk menganalisisnya dengan baik akan mengalami kelelahan.

“Akibatnya, remaja menjadi kurang mampu berpikir kritis dan lebih mudah menerima informasi tanpa mempertanyakan kebenarannya,” kata Mia.

Hal tersebut membuat mereka lebih sulit mengambil keputusan yang tepat dan menyelesaikan masalah dengan efektif.

Ketergantungan pada Kepuasan Instan (Instant Gratification)

Media sosial dirancang untuk membuat penggunanya terus terpaku pada layar. Setiap kali seseorang melihat sesuatu yang menarik, seperti video lucu atau notifikasi baru, otak akan melepaskan dopamin, zat yang memicu perasaan senang.

“Hal ini membuat kita terus ingin melihat lebih banyak, tanpa sadar menghabiskan waktu berjam-jam hanya menggulir layar, meskipun sebenarnya tidak mendapatkan manfaat nyata dari konten tersebut,” ujar Mia.

Banyaknya dampak negatif brain rot lantas membuat Mia menekankan akan pentingnya untuk bersikap lebih bijak dalam mengonsumsi konten digital dan mengatur waktu penggunaan media sosial.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS