Bukan Hanya Brand Besar, Brand Kecil Juga Bisa Jadi Brand For Good
Ketatnya persaingan di pasar industri melahirkan label brand besar dan kecil. Meski sudah besar, belum tentu sebuah brand mampu memenangkan persaingan dan memiliki banyak fans. Pada acara The 1st WOW Brand Festive Day 2016 yang digelar oleh MarkPlus, Inc., di Jakarta, Kamis (3/3/2016), Hermawan Kartajaya sebagai Founder & Chairman MarkPlus, Inc. menyebutkan bahwa brand kecil pun bisa menjadi brand yang banyak fans dan menjadi Brand For Good.
Brand for good sendiri diartikan sebagai merek yang bukan sekadar memerhatikan profit tapi juga peduli pada masyarakat (people) terhadap lingkungannya (planet). Dari sini, brand tersebut bisa meraih fans sebanyak mungkin di tengah pasar yang penuh dengan persaingan. Dari sini, MarkPlus, Inc. mengumpulkan para brand yang memiliki banyak fans dan tingkat advokasi ke dalam WOW Brand 300.
“Kami telah melakukan riset dan mengukur para brand ini dengan melihat 5A (aware, appeal, ask, act, advocate) sebagai customer path di era internet ini. Ketika sebuah merek memiliki awareness yang tinggi namun tingkat advokasinya tak sebanding, maka perjuangan brand tersebut akan berat,” jelas Hermawan saat membuka acara The 1st WOW Brand Festive Day 2016 di Raffles Hotel Jakarta, Kamis (03/03/2016)
Menurutnya, sekarang sudah banyak brand kecil yang kreatif dan mengusung nilai enterpreneurial. Sehingga, mereka kini bisa melesat cepat. Apakah hal tersebut sudah cukup? Belum. Melalui acara ini, MarkPlus mengarahkan bahwa brand saat ini harus sudah menuju kepada nilai human to human (H2H). Sebab itu, acara ini pun dibalut unsur-unsur Star Wars untuk membentuk kesan fun dan mempertemukan para pemilik manajer brand besar maupun brand kecil dalam satu ruangan. Tujuannya, ingin menampilkan sisi yang harus diperhatikan merek dalam memandang konsumen mereka, yaitu horizontal, inklusif, dan sosial.
“Dari survei yang kami buat, orang-orang saat ini tidak mau lagi brand itu bersifat vertikal tapi horizontal, inklusif, dan sosial. Di era ini, para brand tidak boleh berbohong dan konsumen akan dengan mudah mengetahui jika hal tersebut terjadi. Konsep ini saya kembangkan berdasarkan ajaran Islam. Meski saya Katolik tapi saya mempelajarinya. Selain itu, konsumen saat ini cenderung tidak ingin dilayani hanya dengan mesin,” papar Hermawan.
Lanjutnya, konsumen ingin dilayani oleh dan selayaknya manusia. Dari sini, bukan tidak mungkim brand kecil pun bisa memiliki fans yang besar. Apakah brand Anda sudah demikian?
Editor: Sigit Kurniawan