Industri pembiayaan atau multifinance harus siap menerima dampak dari pelemahan yang terjadi di industri penopangnya, yaitu otomotif. Jika penjualan kendaraan mobil atau motor lesu, pembiayaan kredit kendaraan pun juga bakal bernasib sama.
Setidaknya, PT BCA Finance merasakan hal itu. Karenanya, sejak awal tahun, anak usaha dari bank swasta nasional terbesar itu menargetkan kredit pembiayaan sepanjang tahun 2018 sebesar Rp 32,5 triliun, lebih kecil dari pencapaian tahun 2017 yang sebesar Rp 33,6 triliun.
Sampai dengan September 2018, perusahaan telah mengucurkan pembiayaan sebesar Rp 26 triliun atau 80% dari realisasi target. Untuk mengejar sisanya, pihaknya melakukan sejumlah aksi, seperti mengadakan BCA Expo. Hajatan yang digelar pada 13-14 Oktober itu menargetkan pengucuran kredit mobil dan motor hingga Rp 1 triliun.
Direktur BCA Finance Petrus Karim menjelaskan, perusahaan memilih bersikap moderat melihat pertumbuhan pasar otomotif yang bergerak stagnan. Pasalnya, pada Agustus lalu saja, angka penjualan mobil baru malah turun sekitar 5% dibanding bulan sebelumnya.
“Karena itu, kami realistis saja dan mengambil langkah antisipasi terhadap gejolak ekonomi,” papar dia.
Sementara itu, per September 2018, BCA Finance melalui anak usahanya PT Central Santosa Finance (CSF) yang menyalurkan kredit untuk kendaraan roda dua, telah mengucurkan pembiayaan sebesar Rp 450 miliar. Targetnya, hingga akhir tahun mencapai Rp 750 miliar atau setara 48 ribu unit motor.
Tak pengaruh politik
Agenda politik 2019 yang mulai memanas sejak tahun ini, menurut Petrus, tak memberikan dampak serius terhadap permintaan kredit kendaraan bermotor. Justru, dampak lebih kencang berasal dari kondisi ekonomi nasional.
Suku bunga acuan yang cenderung naik dan nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dollar AS memengaruhi transaksi booking Kredit Kendaraan Bermotor (KBM).
Pasalnya, komponen produksi kendaraan otomotif sebagian besar masih impor. Belum lagi dengan mobil-mobil mewah yang sudah dipastikan adalah produk impor. Dollar yang perkasa terhadap rupiah alhasil mengerek harga jual kendaraan.
Petrus bilang, kredit konsumer seperti KKB pun mau tidak mau juga terpengaruh dengan kenaikan suku bunga. Hingga Juni, bank sentral menaikkan BI 7 day reverse repo rate hingga 100 basis poin (bps), berlanjut 25 bps.
Dari dua musabab di atas, nasabah yang ingin memiliki kendaraan melalui skema KKB harus merogoh kocek lebih dalam. “Jadi, justru menurut saya, kondisi ekonomi yang melemahkan industri ini. Saya rasa, jika tren suku bunga akan terus naik sampai tahun depan, kondisi tahun 2019 akan relatif sama (dengan tahun ini). Jadi, politik tak ada masalah,” papar dia.
Editor: Sigit Kurniawan