Cina lagi-lagi dihantui dengan penyakit pernapasan ‘misterius’. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik karena wabah tersebut bukan disebabkan virus baru, melainkan pneumonia pada umumnya.
“Bukan sesuatu yang baru seperti Covid atau Ebola. Ini (pneumonia) yang sudah ada, obatnya juga sudah ada. Cara deteksinya juga sudah ada,” kata Budi, dikutip dari laman Antara, Rabu (29/11/2023).
Pneumonia sendiri, sebagaimana dijelaskan Halodoc, merupakan kondisi inflamasi yang terjadi saat ada infeksi pada kantung-kantung udara dalam paru-paru. Kantung udara yang terinfeksi itu akan terisi oleh cairan maupun dahak.
Penyebab utama dari gangguan inflamasi tersebut adalah infeksi virus, bakteri, ataupun jamur. Ini berarti, seseorang yang mengidapnya dapat menyebarkan ke orang lain melalui menghirup tetesan udara dari bersin atau batuk.
BACA JUGA: Konsumsi Produk Susu Bisa Perburuk Gejala ADHD, Benarkah?
Penyakit ini tidak hanya menjangkiti orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Beberapa orang yang lebih rentan terkena pneumonia adalah mereka yang berusia 2 tahun dan di bawahnya, serta orang dewasa di atas usia 65 tahun.
Selain itu, pneumonia juga rentan menjangkiti orang-orang yang memiliki kebiasaan merokok. Mereka yang memiliki penyakit paru kronik atau penyakit jantung, imunitas tubuh rendah, sedang mengonsumsi obat yang mensupresi sistem imun.
Gejala Pneumonia
Seseorang yang mengidap pneumonia biasanya akan menunjukkan gejala ringan menyerupai indikasi flu biasa, seperti demam dan batuk. Bedanya, gejala tersebut memiliki durasi yang lebih lama ketimbang flu biasa.
Jika dibiarkan dan tidak diberikan penanganan, pasien pneumonia akan mengalami gejala berat seperti nyeri dada pada saat bernapas atau batuk, batuk berdahak, mudah lelah, demam dan menggigil, mual dan muntah, serta sesak napas.
BACA JUGA: Sebabkan Nanie Darham Meninggal, Begini Efek Samping Sedot Lemak
Di samping itu, pasien pneumonia yang berusia di atas 65 tahun juga berpotensi mengalami gangguan pada kesadarannya serta mengalami gangguan sistem imun, terutama mengidap hipotermia.
Adapun pada anak-anak dan bayi, biasanya gejala yang muncul berupa demam tinggi, anak tampak selalu kelelahan, tidak mau makan, batuk produktif, sesak napas, hingga napas anak menjadi cepat.
Jika gangguan inflamasi ini dibiarkan saja, tidak menutup kemungkinan pengidapnya akan mengalami komplikasi. Di antaranya ialah radang selaput dada, tulang rusuk meradang, abses paru-paru, dan keracunan darah.
Karena itulah, jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalami gejala-gejala di atas, segera konsultasikan ke dokter. Dengan begitu, mereka akan mendapat penanganan yang tepat dan kemungkinan terburuk pun bisa dihindari.
Editor: Ranto Rajagukguk