GetCRAFT meluncurkan marketplace yang fokus menjembatani antara konten kreator dengan para brand. Bagi GetCRAFT, selama ini hubungan antara brand dengan konten kreator telah menjadi isu yang perlu untuk segera diatasi.
Menurut Patrick Searle selaku pendiri dan Group CEO GetCRAFT, terlepas dari kemampuan brand dan agensi dalam mencapai calon konsumen melalui iklan online, tetap saja menemukan kreator yang tepat merupakan permasalahan sendiri baik bagi brand dan agensi.
“Hal inilah yang kami harap bisa berubah. Jika lazimnya, brand atau agensi membutuhkan 2-3 minggu untuk mendapatkan kreator konten yang tepat. Kini, cukup dalam hitungan jam saja,” ujarnya.
Marketplace terbaru yang diluncurkan oleh GetCRAFT menghubungkan antara brand dan agensi dengan lebih dari 4.000 konten kreator, baik itu influencer, media online, videografer, penulis, fotografer, dan desainer terpilih. Marketplace ini mempermudah penggunanya untuk menyaring hasil pencarian berdasarkan negara, bahasa, servis yang ditawarkan, dan kategori topik tertentu. Bahkan, juga bisa diurutkan berdasarkan biaya, tingkat kunjungan.
“Fitur lain yang tak kalah penting pada marketplace kami adalah kesanggupan untuk memberikan perkiraan biaya dan views berdasarkan kreator konten atau mitra konten berbayar yang mereka pilih. Klien kami telah menggunakan fitur ini untuk merencanakan kampanye pemasaran konten mereka,” imbuh Patrick.
Patrick meyakini fitur yang dihadirkan akan membawa industri lebih dekat untuk membangun standar konten yang lebih baik. Selain itu, hal ini memungkinkan semua pihak mendapatkan perhitungan standarisasi harga, kualitas, dan proses kerja yang efisien.
GetCRAFT sendiri menemukan fakta bahwa kreator konten dan brand kerap merasakan kesulitan untuk memberikan ukuran yang tepat soal kreativitas. Hal ini bisa menyebabkan salah satu pihak tidak merasa puas. Sementara, pihak lain merasa tidak terlalu banyak perubahan yang perlu dibuat yang kemudian membuat interaksi industri secara keseluruhan tidak berjalan secara ideal.
Sebelumnya, GetCraft juga pernah mengadakan diskusi terkait dengan peran influencer dan agensi bagi brand. Menurut data dari GetCRAFT, meskipun ada banyak brand yang memiliki divisi content marketing yang dilakukan secara in-house, banyak yang masih dirasa kurang, terlebih masalah keahlian. Sebanyak 40% perusahaan business-to-consumer (B2C) di Indonesia memiliki in-house content marketing.
Lebih dari dua kali lipatnya (83%) menolak untuk mempekerjakan outsource untuk aktivitas pemasaran konten via agensi. Perusahaan mengatakan bahwa kecenderungan untuk memiliki tim in-house yang menjalani content marketing dapat menghambat efisiensi biaya dari campaign. Selebihnya, 45% koresponden di survei yang sama pada tahun 2017 mengatakan bahwa mereka merasa kekurangan kemampuan dan sumber daya yang efektif untuk kampanye digital marketing secara umum. Terlebih lagi content marketing.
Editor: Sigit Kurniawan