Electronic City menandai tahun lalu sebagai tahun yang sulit bagi bisnisnya. Salah satu penyebabnya adalah terjadinya depresiasi rupiah yang berkontribusi pada menurunnya daya beli masyarakat. Hal ini tentu berakibat pada penjualan Electronic City yang tidak terlalu menggembirakan. Untuk itu, pada tahun 2015, Electronic City melakukan beberapa upaya untuk menghadapi tantangan bisnis ritel agar pertumbuhan Electronic City semakin baik dari tahun lalu.
“Dibandingkan dengan akhir tahun 2013, saat ini rupiah sudah terdepresiasi sekitar 35%. Ini memberikan tekanan terhadap harga barang sehingga inflasi terjadi di industri elektronik. Sementara itu, daya beli masyarakat tidak menguat karena kami melihat secara rata-rata pertumbuhan ekonomi tahun 2014 mengalami slow down di angka 5% yang seharusnya diharapkan 6%,” kata Fery Wiraatmadja, Commercial & Investor Relations Director Electronic City kepada Marketeers.
Melihat kondisi tersebut, Electronic City tidak kehilangan cara untuk menghadapi tantangan tersebut. Pertama, lanjut Fery, Electronic City mengontrol biaya dan memaksimalkan pertumbuhan penjualan. Dalam mengontrol biaya, salah satu cara yang dilakukan Electronic City adalah mengurangi ekspansi gerainya. Tahun 2013 Electronic City membuka 33 gerai dan tahun 2014 hanya membuka 11 gerai. Untuk tahun ini, Electronic City hanya membuka tujuh hingga sepuluh gerai.
Dalam membuka gerai baru, Electronic City akan memprioritaskan kota-kota yang sudah lebih dulu terdapat Electronic City, seperti di Lampung. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dengan menghadirkan lebih dari satu toko Electronic City. Selain itu, Electronic City juga akan membuka toko di kota-kota yang belum terdapat Electronic City.
Selain mengontrol biaya, Electronic City juga memperbaiki sistem dengan menggunakan SAP ERP 6.0 Retail. SAP ERP 6.0 Retail merupakan sebuah solusi ritel terintegrasi yang memungkinkan perencanaan real–time, eksekusi, pelaporan, dan analisis dari proses bisnis end-to-end, termasuk logistik dan distribusi. Hal ini tentu saja membantu efisiensi proses kerja Electronic City sehingga pelayanan yang diberikan untuk konsumen menjadi lebih baik. Electronic City akan menggunakan sistem baru ini secara bertahap ke 69 gerainya.
“Pada tahap pertama 1 November 2014, kami mengaplikasikan SAP tersebut pada enam gerai. Lalu, 1 Februari 2015 kami lanjutkan pada 13 gerai. Jadi, sudah 19 gerai yang menggunakan SAP ini dan juga dua gerai di Cirebon. Pada 1 Mei 2015 mendatang, kami akan mengaplikasikan SAP ke 48 gerai Electronic City,” ujarnya.