Zaman yang semakin maju berpengaruh pada kebutuhan teknologi. Khususnya sumber daya energi menjadi semakin tinggi. Bukan cuma itu saja, energi yang dibutuhkan di sini adalah energi ramah lingkungan dan efisien. Hal inilah yang menjadi fokus dalam proyek tim peneliti dari General Electric atau GE Global Research.
Dikutip dari GE Reports, baru-baru ini tim peneliti GE menemukan terobosan baru berupa turbin kecil yang mampu menggerakkan energi sebuah kota kecil.
Uniknya, Turbin tersebut tidak lebih besar dari meja kerja Anda. Selain itu, penggerak turbin ini bukan uap air biasa, melainkan Supercritical Carbon Dioxide atau karbondioksida superkritis. Supercritical Carbon Dioxide ini disimpan di bawah tekanan tinggi pada suhu 700 derajat Celcius. Di bawah kondisi ini, karbondioksida memasuki kondisi fisik berupa bentuk antara gas dan cairan yang memungkinkan turbin menghasilkan energi listrik super efisien. Kelebihannya, turbin mampu mentransfer 50% energi panas menjadi listrik.
Pakar GE sekaligus penanggung jawab penelitian, Doug Hofer mengatakan bahwa Turbin ini dapat membantu perusahaan memanfaatkan kembali limbah gas untuk memproduksi energi yang lebih bersih dan efisien. Limbah panas yang dihasilkan dari pembangkit listrik lainnya, semisal matahari atau nuklir dapat digunakan mencairkan garam. Kemudian garam cair ini digunakan merebus karbondioksida menjadi cairan superkritis yang akan menggerakkan turbin.
Kelebihan lain turbin dengan penggerak Supercritical Carbon Dioxide ini adalah bekerja lebih cepat ketimbang penggerak berupa uap air biasa. Cuma dibutuhkan waktu satu sampai dua menit untuk turbin ini menggerakkan pembangkit listrik, padahal kalau sistem yang menggunakan uap air membutuhkan waktu 30 menit.
Sejauh ini, tim peneliti masih membuat prototipe dengan kekuatan energi sebesar 10 megawatt, namun nggak menutup kemungkinan akan dikembangkan menjadi 33 megawatt bahkan 500 megawatt. Energi listrik sebesar itu bisa mencukupi kebutuhan listrik sekitar 10.000 rumah. Setidaknya itu jumlah rumah dalam satu kota kecil.
Kendati masih prototipe, tim peneliti terus mengupayakan teknologi turbin Supercritical Carbon Dioxide ini diwujudkan segera. Dan, meskipun masih diujicobakan di Amerika, tidak menutup kemungkinan ke depannya teknologi ini diterapkan di Indonesia mengingat sumber daya sinar matahari sebagai “bahan mentah” melimpah di sini.
Editor: Sigit Kurniawan