Hunian masih menjadi kebutuhan mendasar yang dewasa ini justru menjadi masalah bagi generasi milenial di Indonesia. Nilai yang semakin tinggi akibat keterbatasan lahan dan pengaruh inflasi harga bahan bangunan dan konstruksi menjadi faktor utama. Di satu sisi, biaya kepemilikian properti tidak diimbangi dengan meningkatnya pendapatan masyarakat.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Jones Lang LaSalle, konsultan properti global, selama tahun 2019, industri properti di Indonesia khususnya residensial masih lemah. Hal ini dipengaruhi oleh momen-momen pemilihan presiden, kuartal pertam 2019 tidak memperlihatkan perubahan daya beli masyarakat. data ini juga mencatat jumlah penjualan unit kondominium yang menurun.
“Terdapat perubahan gaya hidup dan cara berpikir masyarakat. Khususnya, kaum milenial di mana mereka memilih untuk menyewa tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerja atau mencari ruang kerja yang dekat dengan tempat tinggal. Dibandingkan dengan membeli properti yang terjangkai secara harga namun lokasinya jauh dari tempat kerja,” jelas Angela Oetama, Co-Founder Gradana.
Data ini menjadi dasar Gradana untuk melihat peluang pasar penyewaan tempat tinggal. Gradana menawarkan produk GraSewa, yaitu produk persewaan properti yang memberikan talangan sewa tahunan kepada pemilik properti. Sehingga, calon penyewa bisa membayar secara bulanan lewat Gradana.
Selain itu, Gradana juga menawarkan layanan GraRenov sebagai solusi pembiayaan renovasi properti. “Kebutuhan dana untuk properti tidak melulu hanya pembelian dan penyewaan, namun juga renovasi. Banyak pemilih properi yang ingin meningkatkan nilai jual asetnya dengan renovasi. Biaya renovasi yang tidak murah seringkali menjadi problem mereka,” ujar William Susilo, Co-Founder Gradana.
Lewat GraSewa dan GraRenov, konsumen dapat melalui proses credit scoring tanpa agunan. Layanan ini diakses langsung melalui aplikasi Gradana.
Editor: Sigit Kurniawan