Tech startup semakin menunjukkan taringnya. Selain mengejar profit, beberapa nama startup sengaja menceburkan diri membantu Usaha Kecil Menengah (UKM) yang biasanya luput dari perhatian. Sebut saja iGrow, perusahaan rintisan yang didirikan 2014 lalu. Startup ini merupakan resources integrator yang mengintegrasikan sumber daya yang terpisah-pisah dalam dunia pertanian. iGrow hadir untuk menciptakan sebuah perubahan masif dalam sektor pertanian.
“Indonesia memiliki puluhan juta petani yang berada di bawah garis kemiskinan. Mereka tidak mampu terhubung dengan market, capital, dan skill. Mereka juga tidak bisa mengejar ketertinggalan teknologi pertanian di dunia saat ini. Untuk itu, kami hadir dengan menghubungkan sumber daya tersebut,” kata Andreas Senjaya, CEO iGrow.
Andreas memandang modal menjadi momok bagi dunia pertanian selama ini. Menurut catatatnya, perbankan di Indonesia hanya mengalokasikan 3% dari bujet modal untuk diinvestasikan di dunia pertanian. Itu pun hanya diberikan kepada perusahaan-perusahaan besar, seperti perusahaan sawit, perusahaan tebu, jagung, bukan ke petani-petani yang berada di daerah. Akibatnya, pelaku UKM di bidang pertanian dari berbagai daerah mengalami kesulitan untuk berkembang karena tersendat faktor biaya.
“Melalui iGrow, kami memberdayakan petani-petani lokal. Saat ini, sudah ada 2.200 petani yang tergabung,” tambah Andreas.
Andreas menambahkan, tahun ini iGrow ingin mengoptimalkan bisnisnya di dalam negeri dan mencoba mencari market di luar negeri, terutama untuk menjaring pembeli produk mereka.
Selain membuka kesempatan untuk petani berdaya, iGrow pun membuka kesempatan bagi masyarakat yang memiliki lahan untuk bergabung. Tim iGrow nanti akan meninjaunya. Jika sesuai dengan kebutuhan, iGrow akan bekerja sama dengan pemilik lahan.
“Sudah banyak orang yang mulai menawarkan lahannya. Tapi, kami harus berhati-hati mengiyakan karena kami harus mencari pembeli dan petaninya dulu,” tambah Andreas.
Editor: Sigit Kurniawan