Pariwisata kreatif (creative tourism) berpotensi menjadi senjata andalan baru pemasaran pariwisata di Indonesia. Pariwisata kreatif yang dimaksud ialah pariwisata yang menawarkan berbagai pengalaman kreatif seperti seni, kerajinan dan lokakarya masakan kepada pengunjung. Jenis wisata tersebut memungkinkan pengunjung berkembang untuk tinggal di akomodasi berkualitas tinggi dan terhubung dengan masyarakat lokal pada destinasi tertentu. Bagaimana caranya mengembangkan pariwisata kreatif, Indonesia bisa mempelajarinya dari kota di negara tetangga yang sudah lebih dulu melakukannya dan terbukti kesuksesannya. Salah satu kota itu adalah Makau.
Selama ini masyarakat memandang Makau sebagai salah satu surga perjudian. “Makau memang dikenal sebagai Asia’s top gaming destination, tapi Makau tidak ingin lagi dikenal sebagai gaming destination, tapi sebagai global hub yang memiliki fasilitas dan infrastruktur modern, kata Ningsih A Chandra, Macau Government Tourist Office (MGTO) Representative in Indonesia pada acara seminar Creative Tourism 2013 di JCC hari ini (30/08/2013).
Untuk mewujudkan targetnya itu, Makau banyak bercermin pada Singapura yang berhasil membuat para pengunjungnya kembali lagi mengunjungi negara melayu itu. Pertama-tama, makau membangun infrastruktur dengan standar modern. Di antaranya mendesain semenarik mungkin border gate untuk wisatawan yang berdatangan dari daratan Cina lainnya, membangun terminal ferry yang baru untuk mengakomodasi perjalanan pengunjung yang datang menggunakan mobil, memperbaiki tempat dan meningkatkan layanan Macau International Airport, dan membangun jembatan-jembatan yang bisa mempermudah akses dari Hong Kong – Zhuhai – Makau.
Pembangunan infrastruktur modern di Makau hanya dilakukan di kota Koloan dan Taipa. Pemerintah setempat tidak mengizinkan ada pembangunan modern di Makau Peninsula sebab di sana banyak terdapat bangunan-bangunan tua bersejarah peninggalan Portugal dan China zaman dulu. Tapi bisa dikembangkan sebagai bangunan yang memiliki fasilitas modern, semisal menjadi penginapan dan restoran.
Disamping memperbaiki kondisi fisik Makau, Badan Pariwisata Makau mengoptimalkan kebudayaan dan sejarah setempat sebagai komoditas pariwisata. Sebagai contoh, berhubung Makau pernah menjadi negara kekuasaan Portugis, Badan Pariwisata di sana mengadakan kegiatan rutin Portuguese Folk Dance dan Tea Ceremony yang menjadi kebudayaan China, yang mana para wisatawan bisa belajar membuat, menyeduh dan menikmati teh.
Menurut keterangan Ningsih, pengunjung asal Indonesia masuk 10 besar dengan jumlah pengunjung rata-rata 220 ribu orang atau meningkat 5,5 persen dari tahun sebelumnya. Sementara total wisatawan asing sebanyak 29 juta, jauh lebih besar dibanding populasi penduduk Makau yang hanya 866 ribu.