Demografi masyarakat Indonesia diisi oleh anak muda, dalam hal ini adalah generasi Z (Gen Z). Oleh karena itu, penting bagi pemasar dan perusahaan mengetahui bagaimana karakteristik Gen Z dalam bersosial hingga mengonsumsi produk ataupun layanan.
Marthani, Chief Operating Officer (COO) Marketeers menjelaskan dalam menjalankan strategi marketing, perusahaan harus menyesuaikan generasi konsumennya. Saat ini, mayoritas konsumen adalah Gen Z sehingga pola pemasaran harus disesuaikan dengan karakter generasi tersebut.
BACA JUGA: Jungkook BTS Pakai Kalung Kentucky saat Syuting MV 3D, Apa Artinya?
Untuk masuk ke pasar Gen Z, perusahaan juga dituntut tidak meninggalkan konsumen generasi sebelumnya, baik itu baby boomers, Generasi X, Y, termasuk konsumen masa depannya, yaitu generasi Alpha. Untuk periode saat ini, generasi X dan Y memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan Gen Z.
Akan tetapi, tidak bisa dimungkiri, Gen Z akan memiliki pendapatan yang juga besar pada tahun-tahun yang akan datang. Dengan begitu, pasar potensial perusahaan pada masa depan sejatinya adalah Gen Z.
BACA JUGA: Digelar Makin Megah, Transaksi IMX 2023 Ditargetkan Capai Rp 6 Miliar
“Gen Z akan punya spending power yang lebih besar di tahun yang akan datang,” kata Marthani dalam acara Campus Marketeers Club (CMC) dengan tema “Tapping in to the Gen Z” di Vokasi Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).
Marthani membagikan tips bagi perusahaan atau pemasar untuk masuk ke pasar Gen Z tanpa mengesampingkan konsumen generasi sebelumnya dan masa mendatang. Berikut di antaranya:
1. Kids Getting Older Younger (KGOY).
Perkembangan informasi yang begitu cepat membuat generasi muda lebih cepat merespons tren. Oleh karena itu, strategi pemasaran disarankan lebih dekat dan makin relevan ke anak muda.
2. Customer Experience (CX)
Perusahaan diharapkan menciptakan customer experience yang membuat merek dan konsumen makin dekat. Ini bisa dilakukan dengan peningkatan layanan lewat aplikasi digital hingga adanya loyalty program.
3. Ask and Advocate (AA).
Ask and Advocate merupakan perjalanan konsumen di era digital. Saat ini, perjalanan konsumen terdiri atas Aware, Appeal, Ask, Act, and Advocate (5A). Level Ask menjadi poin penting bagaimana produk diketahui lintas generasi konsumen.
Generasi muda yang merespons informasi lebih cepat, bisa merekomendasikan produk atau layanan kepada generasi sebelumnya yang butuh waktu memproses tren.
4. Physical + Digital (Phygital)
Akses layanan ataupun produk kini makin mudah dengan proses yang hanya menggunakan smartphone. Konsumen bisa memesan layanan ataupun produk secara daring lewat akses internet di smartphone.
Namun, perusahaan juga disarankan tetap memperhatikan layanan offline. Pasalnya, tak jarang generasi yang lebih dulu dari Gen Z cenderung memilih datang ke lokasi, seperti toko ataupun showroom untuk sekadar melihat atau menjajalnya produk secara langsung.
5. Keeping it Real (KIR)
Meski pasar Gen Z cukup potensial mendatangkan pelanggan, namun merek atau perusahaan memerlukan identitas atau branding untuk produknya. Alhasil, produk atau merek yang diperkenalkan ke calon pelanggan tak selamanya bisa sesuai keinginan semua generasi konsumen.
Editor: Ranto Rajagukguk