Media sosial (medsos) terus membaur dalam kehidupan masyarakat. Terlebih, kini media sosial mulai merambah industri e-commerce yang dikemas sebagai social commerce.
Sebuah perusahaan konsultan digital bernama Insight First Group pun membagikan sejumlah cara agar netizen bisa mengoptimalkan tren social commerce, terutama bagi netizen yang ingin memasarkan produknya atau berperan sebagai afiliator suatu brand. CEO Insight First Group Marlina Iryatie mengatakan social commerce adalah suatu fitur dalam platform media sosial yang mengakomodasi transaksi e-commerce dalam satu platform yang terintegrasi.
“Artinya, medsos itu digunakan untuk menyajikan konten edukasi produk sekaligus jadi jalur transaksi. Hal itu diprakarsai oleh TikTok,” kata Marlina Iryatie, Selasa (11/7/2023).
Dalam menghadirkan social commerce, TikTok pun melibatkan afiliator untuk menyampaikan edukasi lewat konten hingga akhirnya menghasilkan transaksi penjualan. Dengan kemampuan itu, medsos asal Cina itu pun menyebut dirinya sebagai aplikasi shoppertainment.
Medsos itu bisa hadir sebagai sarana transaksi lewat konten-konten yang menghibur dan edukatif. Menurutnya, fitur itu pun direspons secara positif oleh masyarakat.
Pasalnya, TikTok mengeklaim, secara global, satu dari empat pengguna pernah melakukan transaksi lewat TikTok, sedangkan di Indonesia satu dari tiga pengguna pernah melakukan transaksi lewat aplikasi itu. Oleh karena itu, ia pun membagikan sejumlah cara yang terbukti ampuh dalam memanfaatkan peluang dalam social commerce.
Pertama, kontennya harus bisa memberikan edukasi tapi tidak dengan nada yang terkesan menggurui. Artinya, audiens harus diperlakukan seperti seorang sahabat sehingga audiens bisa menerima edukasi itu dengan baik.
BACA JUGA: Cara Builiding Iconic Brand Akan Dikupas di Marketeers Hangout 2023
Kedua, kontennya harus berisi entertainment. Pasalnya, sejumlah masyarakat membuka aplikasi media sosial untuk mencari hiburan di sela-sela kesibukannya.
Ketiga, informasi terkait konten harus disampaikan dengan jelas, baik dengan suara, voice over maupun menggunakan teks. Keempat, konten bisa memperhatikan unsur audio dan visual, seperti lagu yang menarik atau sedang menjadi tren maupun dengan pencahayaan yang unik dan menarik.
“Dengan begitu, audiens akan tertarik untuk menikmati konten itu sampai selesai dan berujung pada closing transaksi,” ujarnya.
Seluruh strategi social commerce itu pun telah dibuktikan oleh Insight First Group yang juga memanfaatkan TikTok sebagai sarana untuk memasarkan buku yang diterbitkan oleh Insight First Indonesia.
BACA JUGA: Marketeers Hangout 2023 Akan Kupas Kolaborasi Merek yang Efektif
“Kami menggunakan medsos tersebut untuk memasarkan buku-buku self development atau pengembangan diri. Salah satu best-selling book kami saat ini telah terjual sekitar 50.000 eksemplar dan 70% dari penjualan itu berasal dari optimalisasi social commerce,” kata dia.
Ia pun menilai pemanfaatan medsos bisa menjadi strategi “riding the waves” bersama perkembangan digital dan teknologi. Terlebih, optimalisasi medsos ini juga punya peran untuk membentuk ekosistem medsos yang baik sekaligus memberikan dampak ekonomi yang lebih luas.
Mengingat, social commerce bisa melibatkan afiliator dari beragam lapisan masyarakat.
“Program afiliasi kami telah menciptakan dampak ekonomi yang positif dengan memberikan peluang penghasilan tambahan kepada afiliator, khususnya ibu rumah tangga. Dalam beberapa bulan saja, telah terdapat peningkatan signifikan jumlah afiliator yang bergabung dengan program tersebut, yaitu lebih dari 14.000 afiliator, dimana 80%nya adalah ibu rumah tangga,” ujarnya.
Ia menekankan peran Insight First Indonesia dalam memberdayakan ibu rumah tangga sebagai afiliasi TikTok dirasakan cukup mengubah peta-permainan dalam hal pertumbuhan ekonomi dari rumah. Dengan memanfaatkan social commerce, ibu rumah tangga diberi kesempatan untuk menjalankan usahanya sendiri, tanpa modal berarti, serta berkesempatan menghasilkan pendapatan dari kenyamanan rumah mereka sendiri.
Editor: Ranto Rajagukguk