Cara Super Indo Minimalisir Kantong Plastik

marketeers article
AM38GT Man looking at bill in grocery store. Image shot 2007. Exact date unknown.

Ritel bagai pisau di belah dua. Di satu sisi, kehadiran mereka dibutuhkan karena mendistribusikan produk dari produsen ke konsumen akhir. Sementara, semakin banyak jaringan ritel, maka semakin besar penggunaan plastik di kalangan masyarakat.

Perusahaan ritel yang berasal dari Belgia, Super Indo turut menggaungkan pentingnya mengurangi penggunaan kantong plastik kepada para pelanggannya. Menggandeng Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP), perusahaan ritel ini menyelenggarakan kegiatan edukasi publik yang mengajak masyarakat mengurangi penggunaan kantong plastik.

“Rampok Plastik”, begitulah nama dari acara tersebut. Dalam kesempatan itu, relawan GIDP membagikan tas kepada para shopper sebagai pengganti plastik. Talk show pun dibuat dengan menghadirkan beberapa pembicara, yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, dan dari Super Indo.

Wirawan Winarto, VP Operation Super Indo mengatakan, sejak tahun 2016, Super Indo menjalankan rekomendasi KLHK dalam hal pengurangan sampah plastik, dengan tidak memberikan kantong plastik secara gratis di semua gerainya. “Rekomendasi tersebut digulirkan dalam program insentif yang menarik bagi pelanggan dengan menawarkan Reusable Bag dan memberikan Cash Back kepada pelanggan yang tidak menggunakan kantong plastik,” kata dia.

Program tersebut berhasil mengurangi penggunaan kantong plastik sebanyak lebih dari 50%. Sebelum program Kantong Plastik Tidak Gratis, terdapat 1,82 kantong plastik per transaksi. Kini berkurang menjadi rata-rata 0,75 kantong plastik per transaksi. Selain itu, juga terjadi perubahan perilaku pelanggan menjadi lebih bijak terhadap penggunaan kantong plastik.”

Lebih dari satu juta kantong plastik berhasil dikurangi penggunaannya sepanjang tahun 2017. Program cash back yang dilakukan Super Indo diharapkan bisa menjadi  benchmarking dalam upaya mengubah perilaku masyarakat dalam pengurangan kantong plastik sekali pakai. “Sehingga target pengurangan sampah plastik sebesar 70% di tahun 2025 seperti yang kemukakan oleh Menteri LHK bisa direalisasikan dengan baik,” ujarnya.

Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 KLHK, Novrizal Tahar, mengatakan masyarakat Indonesia harus mulai menerima bahwa keberlanjutan lingkungan hidup merupakan bagian dari gaya hidup.

“Gerakan atau kebiasaan untuk mengurangi konsumsi sebelum menjadi sampah itu perlu dilakukan, seperti mengurangi penggunaan kantong plastik. Mengubah kebiasaan itu penting untuk dilakukan,” tegas beliau.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related