Ramalan resesi pada tahun 2023 membuat seluruh pelaku bisnis mau tak mau harus memutar otak. Tidak terkecuali Telkomsel dan XL Axiata dalam bisnis telekomunikasi. K
Keduanya memiliki strategi sendiri dalam menyiasati resesi yang diramal akan terjadi pada tahun 2023. Samuel Pasaribu, Vice President Area Account Management Telkomsel mengatakan memasuki tahun 2023 ada banyak tantangan di berbagai sektor industri, utamanya telekomunikasi karena adanya perubahan iklim ekonomi.
BACA JUGA: Meski Resesi, Warga Indonesia Tetap ‘Gas’ Traveling
Telkomsel mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai tantangan dan peluang pada tahun depan.
“Telkomsel telah memastikan keberlanjutan roadmap perusahaan untuk menghadapi seluruh tantangan dan peluang tersebut dengan terus berinovasi menghadirkan ragam solusi produk dan layanan yang customer centric melalui penguatan tiga pilar digitalnya, yakni sebagai penyedia Digital Connectivity, Digital Platform dan Digital Service,” kata Samuel dalam acara Digital Telco Outlook 2023 yang digelar Seluler, Selasa (6/12/2022).
BACA JUGA: Ancaman Resesi Global, Ini Cara Siapkan Jaring Pengaman Finansial
Selain itu, Samuel juga menambahkan Telkomsel telah menjual menara Base Transceiver Station (BTS) miliknya ke Mitratel. Alasannya, akan meringankan biaya operasional Telkomsel karena menara BTS memiliki capital expenditure (capex) yang cukup besar.
Ini akan meringankan perusahaan bila benar-benar terjadi resesi pada tahun 2023. Sementara itu, Aun Abdul Wadud, Group Head Solutions Architect & Development XL Axiata mengatakan selama lima tahun ke belakang, perusahaan berhasil mempertahankan pertumbuhan bisnisnya di tengah banyaknya tantangan, baik secara industri maupun secara global, seperti adanya pandemi COVID-19 yang berlangsung dari tahun 2020 hingga saat ini.
“Untuk dapat terus bertumbuh, di tahun 2023 perusahaan akan fokus kepada tiga pilar pertumbuhan. Kami akan terus meningkatkan penawaran Convergence sesuai dengan visi perusahaan. Convergence kami akan berfokus pada dua segmen yaitu keluarga dan bisnis. Kami juga akan terus mengembangkan infrastruktur jaringan demi mendukung kualitas layanan yang lebih baik lagi. Kepuasan pelanggan tetap menjadi salah satu fokus utama kami sebagai hal yang membedakan kami dengan operator lain,,” ujar Aun.
Resesi pada tahun 2023 telah menjadi perhatian seluruh pihak. Optimisme terhadap bisnis digital di Indonesia sendiri terlihat menurun untuk tahun 2023.
Laporan Google, Temasek, dan Bain Company pada tahun 2021 menunjukkan nilai transaksi digital di Indonesia untuk tahun 2025 akan mencapai US$ 146 Miliar. Namun, prediksi itu menurun pada laporan yang sama untuk tahun 2025 menjadi US$ 130 miliar.
Editor: Ranto Rajagukguk