Cara Vivo Kelola Brand Ambassador

marketeers article

Ambisi pabrikan smartphone asal Tiongkok Vivo untuk merangsek posisi tiga besar pasar perangkat pintar di Indonesia tidak main-main. Demi mengejar target tersebut dalam kurun satu tahun ke depan, Vivo gencar meluncurkan berbagai kampanye marketing, termasuk di televisi yang kini sering wara-wiri produk Vivo V5 dengan bintang Agnes Mo.

Setelah Agnes, Vivo V5 menambah dua brand ambassador baru lagi, yaitu penyanyi Afgan dan aktris Pevita Pearce. Kehadiran dua selebriti itu dikarenakan oleh Vivo yang menghadirkan dua varian warna baru, yaitu rose gold alias pink dan space grey atau abu-abu. Sebelumnya Agnes Mo merepresentasikan Vivo V5 warna emas.

“Kami gaet Pevita untuk warna rose gold karena cocok untuk perempuan feminin. Sementara, Afgan dengan warna space grey-nya merepresentasikan segmen pria muda enerjik. Bersama Agnes Mo, kami menargetkan segmen muda 18-28 tahun kelas menengah karena smartphone-nya sendiri dibanderol Rp 3,5 juta di pasaran,” ujar Brand Manager Vivo Mobile Indonesia Edy Kusuma di Jakarta pada Selasa (20/12/2016).

Vivo V5 sejatinya rilis pada 23 November 2016 lalu. Edy mengklaim merilis warna baru karena sambutan pasar terhadap V5 luar biasa. Sekaligus agar konsumen juga punya pilihan warna yang dapat merepresentasikan diri mereka. Bahkan, Edy mengklaim versi pertama berwarna gold sudah sold out.

Produk Vivo V5 memposisikan dirinya sebaga brand untuk mereka yang mengutamakan gaya hidup. Untuk itu, Vivo V5 hadir dengan fitur kamera depan berkapasitas 20 MP, di mana Vivo berani mengklaim sebagai yang pertama menghadirkan kamera untuk selfie dengan kapasitas tersebut.

“Selfie memang sudah menjadi tren. Varian pertama kami di pasaran melebihi ekspektasi kami. Penerimaan pasar juga tidak hanya luar biasa di Indonesia, tapi di seluruh Asia Tenggara di mana kami memposisikan seri V sebagai flagship,” sambung Edy.

Dari tiga varian warna tersebut, edisi space grey akan dijual terbatas hanya 20.000 unit saja walau Edy tidak menutup kemungkinan menambah jika ternyata demand tinggi. Namun, Edy juga tampaknya tidak memaksakan diri karena menurutnya usia smartphone rata-rata hanya sekitar empat sampai enam bulan saja. Artinya, setelah siklus waktu itu terlewati, Vivo kemungkinan akan merilis produk lebih baru lagi.

Ditanya soal produksi dan syarat untuk melengkapi TKDN dari pemerintah Indonesia, Vivo sudah memiliki pabrik sendiri sejak Maret 2016. Mereka tidak bekerja sama dengan pihak manapun sehingga pabrik tersebut murni merupakan milik Vivo. Jadi, mengenai kesiapan produksi smartphone berbasis 4G di Indonesia, Edy menyatakan Vivo sudah sangat siap.

“Kami targetnya dalam satu tahun ke depan menjadi tiga besar brand smartphone di Indonesia. Makanya investasinya tidak main-main, termasuk mendirikan pabrik,” tutup Edy.

Editor: Sigit Kurniawan

    Related