Berbicara tentang rapat, biasanya orang-orang yang hadir tampil mengenakan setelan jas atau sekadar kemeja nan rapi. Namun, tidak demikian dengan CEO AirAsia, Tony Fernandes, yang justru bertelanjang dada saat mengikuti acara tersebut.
Melalui LinkedIn, Fernandes membagikan fotonya mendapat pijatan di tengah pertemuan. Di belakangnya, berdiri seorang perempuan dengan jaring rambut dan masker wajah sambil memijat bahu sang CEO.
Fernandes mengaku melakukan hal tersebut karena kelelahan usai melakukan 18 jam penerbangan.
“Ini adalah minggu yang menegangkan dan Veranita Yosephine menyarankan pijatan,” tulisnya yang diunggah pada Senin (17/10/2023) lalu.
BACA JUGA: AirAsia Jadi Pelopor Penerbangan untuk Rute dari Banjarmasin ke Bali
Juru Bicara Tim Komunikasi AirAsia membenarkan bahwa Fernandes memang melakukan konferensi sembari dipijat. Namun, mereka menegaskan hal itu dilakukan setelah mendapat persetujuan dari peserta rapat yang lain.
“Semua orang yang dihubungi, termasuk manajemen perempuan kami ditanya apakah mereka merasa nyaman jika dia dipijat bahu, setelah 18 jam bekerja. Kami memiliki budaya yang menyenangkan, ramah dan terbuka di Capital A yang menghargai produktivitas, efisiensi, serta transparansi,” ujarnya, dikutip dari Marketing Interactive.
Unggahan Sudah Dihapus
Namun, setelah Marketeers mengecek langsung akun LinkedIn Fernandes, unggahan tersebut sudah tidak tersedia. Bisa dibilang hal ini sejatinya tidak mengherankan, sebab foto itu menuai cukup banyak respons negatif.
Salah satunya datang dari Managing Director Iris Singapura Rebecca Nadilo. Ia mengatakan apa yang dilakukan Fernandes bisa saja membuat karyawan lain, khususnya yang perempuan, merasa tidak nyaman dengan keputusannya bertelanjang dada.
Nadilo menilai dalih “sudah meminta izin” tidak menjamin para karyawan benar-benar merasa nyaman. Pasalnya, Fernandes adalah seorang bos di sana, sehingga mereka tidak punya pilihan lain selain mengiyakan permintaannya.
BACA JUGA: Transformasi, airasia Digital Ubah Nama Jadi MOVE Digital
“Saya rasa para perempuan di perusahaan Anda tidak akan merasa nyaman atau aman dalam konteks ini, dan mengingat Anda adalah bosnya, kemungkinan besar mereka tidak akan menantang Anda atau mengatakan apa pun,” tulisnya di kolom komentar.
Komentar-komentar serupa dari berbagai pihak juga terus bermunculan. Mereka menilai apa yang dilakukan Fernandes tidaklah profesional. Karena itu, sang CEO memutuskan untuk menghapus unggahannya.
“Anda tidak akan pernah bisa menjelaskan proses pemikiran di balik sebuah unggahan, jadi saya menghapusnya. Saya tidak bermaksud menyinggung siapa pun,” ujar dia kepada Bloomberg.
Lantas, bagaimana menurut Anda? Apakah unggahan Fernandes termasuk sebuah tindakan tidak profesional, atau justru menjadi agen perubahan yang menampilkan budaya kerja terbuka dan tidak konvensional?
Editor: Ranto Rajagukguk