CEO Big Alpha: 2 Hal Ini Jangan Sampai Para Solopreneur Tidak Tahu

profile photo reporter Ratu Monita
RatuMonita
29 September 2024
marketeers article
Tirta Prayudha, Co-Founder & CEO Big Alpha dalam sesi IDEAFEST 2024. (Sumber: dok. Bank Saqu)

Istilah solopreneur belakangan terus berkembang seiring dengan meningkatnya industri digital. Bahkan, solopreneur kerap dianggap menjadi sebuah peluang baru yang menjanjikan.

Solopreneur sendiri diartikan sebagai individu yang memiliki jiwa wiraswasta dengan produktivitas tinggi dan memulai segalanya dari diri sendiri untuk membangun usahanya. Hal ini pun dipredikasi akan terus berkembang hingga beberapa tahun mendatang.

Di sisi lain, menjadi seorang solopreneur berarti harus siap menghadapi berbagai tantangan bisnis tanpa dukungan tim besar.

Mengenai hal ini, Tirta Prayudha, Co-Founder & CEO Big Alpha mengatakan, terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan untuk menjadi seorang solopreneur yakni financial literacy dan digital literacy.

BACA JUGA Aksi Bank Saqu Dongkrak Literasi Keuangan lewat Solopreneur Academy

Menurutnya, dua kemampuan tersebut bisa menjadi pondasi yang kuat untuk bertahan dan tumbuh di dunia bisnis yang kompetitif.

1. Financial Literacy

Sebagai solopreneur, kemampuan untuk memahami dan mengelola cashflow adalah hal krusial. Seperti yang sering dikatakan, “cashflow is the luck of the business.” Ini berarti, kelangsungan hidup dan pertumbuhan bisnis sangat bergantung pada bagaimana cashflow dikelola.

“Saya ingin menekankan, salah satu kuncinya adalah memiliki financial literacy. Karena pada akhirnya, cashflow is the luck of the business. Jadi penting untuk memahami gimana caranya mengelola cashflow, apakah harus ngambil credit, bagaimana kalau ingin investasi ke alat atau hire orang baru, itu penting,” terang Tirta dalam sesinya di IDEAFEST 2024 pada Jumat (27/9/2024).

2. Digital Literacy

Di era digital seperti sekarang, kemampuan untuk memanfaatkan teknologi adalah aset yang tak ternilai. Namun pada kenyataannya, literasi digital masih menjadi skill yang langka di kalangan banyak solopreneur.

“Bagaimana menggunakan skill itu (digital literacy) untuk berjualan, karena inti dari solopreneur itu berjualan, baik itu jualan barang atau bahkan jasa. Bagaimana memanfaat metrik digital, seperti engagement rate, conversion rate, menjadi sebuah cara untuk memonetisasi konten,” jelas Tirta.

BACA JUGA Mulai dari yang Sederhana, Ini 4 Tips Jadi Solopreneur

Terakhir, Tirta menyampaikan, menemukan sebuah ide bisnis tidak lagi menjadi hal yang sulit di era sekarang. Akan tetapi, yang sulit adalah bagaimana mengeksekusi ide tadi yang cuma bermula sebagai sebuah konsep dalam kepala menjadi sebuah bisnis yang tangible.

“Akan banyak proses trial and error yang harus dijalani dan sebuah tips untuk solopreneur pemula: belajar lah dari kesalahan orang lain. Bertemu, berjejaring, bertukar pikiran dan pengalaman. Sehingga kapasitas dan kapabilitas pribadinya akan meningkat, bisnisnya akan berkembang,” tutur Tirta.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS