CEO JPMorgan Prediksi Resesi Akan Terjadi Pertengahan 2023

marketeers article
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampak ke Masyarakat dan Pelaku Usaha? (FOTO: 123rf)

Jamie Dimon, CEO JPMorgan Chase & Co memprediksi Amerika Serikat (AS) dan ekonomi global berpotensi masuk ke jurang resesi pada pertengahan tahun 2023. Hal ini dipicu dari inflasi yang tak terkendali, kenaikan suku bunga yang tinggi hingga konflik antara Rusia-Ukraina.

JPMorgan juga menyoroti dampak kebijakan Federal Reserve (The Fed) dalam quantitative tightening yang menjadi indikator potensi resesi. 

“Ini adalah hal-hal yang sangat serius yang menurut saya kemungkinan akan mendorong AS dan dunia ke jurang resesi. Eropa sudah masuk resesi. Kemungkinan akan menempatkan AS dalam resesi enam hingga sembilan bulan dari sekarang,” kata Dimon dikutip dari Reuters, Selasa (11/10/2022).

Pernyataan Dimon muncul saat bank-bank besar AS akan melaporkan kinerja kuartal III 2022 mulai Jumat (14/11/2022). Tahun ini, indeks acuan S&P 500 telah merosot sekitar 34%, dan tiga indeks AS yang lain masih bergerak dalam tren bearish.

Dimon memprediksi indeks S&P bisa merosot kembali sebanyak 20% dari level saat ini. 

“Penurunan itu disinyalir jauh lebih menyakitkan daripada yang pertama,” ujarnya.

Awal tahun ini, Dimon telah meminta investor untuk bersiap menghadapi badai ekonomi. JPMorgan, sebagai bank investasi terbesar di AS menangguhkan pembelian kembali saham pada Juli setelah meleset dari ekspektasi kuartalan Wall Street.

Pada bulan Juni, Goldman Sachs telah memprediksi 30% kemungkinan ekonomi AS menuju resesi pada tahun depan. Sementara itu, ekonom di Morgan Stanley menempatkan kemungkinan resesi untuk tahun depan di sekitar 35%.

David Malpass, Presiden Bank Dunia dan Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) juga memperingatkan adanya peningkatan risiko resesi global. Inflasi akan menjadi pemicu utamanya, setelah konflik antara Rusia dan Ukraina.

IMF memperkirakan resesi global dapat dihindari jika kebijakan fiskal pemerintah konsisten dengan pengetatan kebijakan moneter. Meski begitu, lembaga internasional itu memastikan ada sejumlah negara yang masuk ke jurang resesi tahun depan.  

Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF menuturkan kebijakan moneter dan fiskal harus agresif dan berjalan beriringan karena kondisi krisis menghantam sebagian masyarakat secara dramatis. 

“Kami membutuhkan bank sentral untuk bertindak tegas. Mengapa? Karena inflasi sangat tinggi, ini buruk untuk pertumbuhan dan sangat buruk bagi orang miskin. Inflasi adalah pajak bagi orang miskin,” kata Georgieva.

Related

award
SPSAwArDS