CEO Saudi Aramco: Tinggalkan Fantasi untuk Hapus Migas

marketeers article
Ilustrasi. (Sumber: 123rf)

Amin Nasser, CEO Saudi Aramco membuat pernyataan kontroversi yang menganggap kebijakan transisi energi yang dijalankan negara-negara di dunia telah gagal. Oleh karena itu, para pembuat kebijakan diminta meninggalkan “fantasi” untuk menghentikan penggunaan minyak dan gas bumi (migas) secara bertahap.

Nasser menegaskan permintaan akan bahan bakar fosil terus meningkat pada tahun-tahun mendatang.

“Di dunia nyata, strategi transisi saat ini jelas gagal di hampir semua bidang. Usulan saya, kita harus meninggalkan fantasi untuk menghapus migas secara bertahap dan sebagai gantinya berinvestasi di dalamnya secara memadai yang mencerminkan asumsi permintaan yang realistis,” kata Nasser dalam selama wawancara panel di konferensi energi CERAWeek by S&P Global di Houston, Texas dikutip dari CNBC, Selasa (19/3/2024).

BACA JUGA: Tak Temukan Sumur Baru, Produksi Migas Masih di Bawah Target

Badan Energi Internasional (IEA) yang berbasis di Paris tahun lalu memperkirakan bahwa puncak permintaan migas dan batu bara bakal terjadi pada tahun 2030. Nesser mengatakan permintaan tidak akan mencapai puncaknya dalam waktu dekat, termasuk pada tahun 2030.

Nesser menyarankan IEA tidak hanya berfokus pada permintaan di AS dan Eropa, tetapi juga ke negara-negara berkembang. Dia bilang sumber-sumber energi alternatif tidak dapat menggantikan hidrokarbon dalam skala besar, meskipun dunia telah menginvestasikan lebih dari US$ 9,5 triliun selama dua dekade terakhir. 

Angin dan matahari saat ini menyuplai kurang dari 4% energi dunia, sementara penetrasi total kendaraan listrik kurang dari 3%. Sementara itu, pangsa hidrokarbon dalam bauran energi global hampir tidak turun pada abad ke-21 dari 83% menjadi 80%. 

BACA JUGA: Lemigas Sumbangkan Penerimaan Negara Rp 231 Miliar pada 2023

Permintaan global telah meningkat sebesar 100 juta barel setara minyak per hari selama periode yang sama dan akan mencapai rekor tertinggi tahun ini.

“Ini bukanlah gambaran masa depan, yang dilukiskan oleh beberapa pihak. Bahkan, mereka mulai mengakui pentingnya migas,” ucap Nasser.

Sementara itu, negara-negara berkembang di belahan dunia selatan akan mendorong permintaan migas seiring dengan meningkatnya kesejahteraan, yang mewakili lebih dari 85% populasi dunia. Negara-negara ini menerima kurang dari 5% investasi yang menargetkan energi terbarukan.

BACA JUGA: BPH Migas Sumbangkan PNBP Rp 1,393 Triliun pada Tahun 2023

Nesser melanjutkan dunia seharusnya lebih fokus pada pengurangan emisi dari migas selain energi terbarukan. CEO itu menuturkan peningkatan efisiensi saja selama 15 tahun terakhir telah mengurangi permintaan energi global sebesar hampir 90 juta barel minyak setara per hari.

Angin dan matahari, sementara itu hanya menggantikan 15 juta barel selama periode yang sama.

“Kita harus menggantikan sumber teknologi baru ketika mereka benar-benar siap, bersaing secara ekonomis dan dengan infrastruktur yang tepat,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related