Berapa banyak startup yang sukses? Ini pertanyaan absurd dan sulit dijawab, walau menurut Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dari 10 startup, mungkin hanya satu atau dua yang berhasil. Sisanya gagal. Pengalaman pahit yang bisa dialami entrepreneur mana saja, terlebih ketika bisnis berkonsep startup digital sedang panas-panasnya.
Kisa pedih nan pahit itu dialami juga oleh Aria Rajasa. Anehnya kisah Aria ini dimulai ketika ia sudah didanai oleh investor dengan nilai miliaran rupiah.
“Itu kejadiannya ketika saya buka situs jualan kaos Gantibaju.com. Saya waktu itu tidak mengerti apa-apa dan soal bisnis, saya hajar saja. Saya tidak mengerti bagaimana menjual baju, pembukuan, sampai belajar memperbaiki AC sendiri karena tidak ada uang untuk itu. Semuanya bootstraping,” curhat Aria di gelaran Ideafest 2016 di JCC, Jakarta, pada Jumat (23/9/2016) tanpa menyebut berapa angkanya.
Setahun kemudian, Gantibaju.com didanai miliaran rupiah. Aria mengaku shock. Ia bingung uangnya mau dikemanakan. Selain untuk melebarkan sayap bisnis, uang itu dipakai juga untuk keperluan pribadi mulai dari membeli apartemen hingga menikah. Sementara, untuk bisnis Aria menggunakannya untuk menambah SDM dari 12 menjadi 60 orang, plus membuat event untuk aktivasi di mana-mana.
“Anehnya duitnya tidak ada habisnya,” sambung Aria. Di situlah salahnya. Ia berpikir uang bernilai besar itu bisa mendanai bisnisnya tiga sampai empat tahun. Tapi, nyatanya uang itu habis setahun saja. Dari situ, masalah bermula. Karyawannya banyak namun justru bisnisnya mandeg tidak ke mana-mana. Gantibaju.com diambang kebangkrutan dan salah satu yang harus Aria adalah merumahkan pekerjanya.
“Pedih banget. Saya berpikir keras bagaimana caranya agar bisa bicara dengan 50 karyawan ini. Banyak yang gabung dengan Gantibaju.com karena percaya dengan visi saya. Tapi, mereka justru dikecewakan. Dalam waktu dua minggu 50 karyawan dipecat. Kantor di Kemang dengan ukuran besar terpaksa pindah ke Cilandak dengan ukuran cuma 5×6 meter. Tiga bulan kemudian, sudah tidak produktif, rumah tangga berantakan, saya tidak punya apa-apa sampai harus balik ke rumah orang tua,” kenang Aria.
Kehilangan pasangan di saat jatuh itu juga menjadi kisah lainnya. Tidak ada tahan hidup dengan orang depresi dan pekerjaannya hanya marah-marah. Selain itu, jam tidur Aria berubah dari pukul delapan pagi bangun pukul empat sore. “Itu karena saking saya tidak mau ketemu orang lain. Kejadiannya pada tahun 2009,” tambahnya.
Satu hal yang menolong Aria ketika itu adalah rekannya yang setia menemani sampai 12 tahun lamanya hingga sekarang. Ia yang kemudian memberi Aria motivasi untuk bertahan sampai akhirnya pada 2012 lalu membuka bisnis lagi bernama Tees.co.id. Belajar dari banyak kesalahannya dulu, awal berbisnis Aria benar-benar irit soal pengeluaran. Karyawan pun dibatasi hanya 20 saja. Prinsipnya kala itu adalah profit dulu dan bukan berkembang besar.
Pendanaan segera masuk karena ternyata kegagalan Aria sebelumnya bisa dijual kepada investor. Justru karena dari gagal itu investor percaya Aria sudah belajar banyak. Nominal yang diambil pun tidak banyak. Walau terkesan pelit kala itu, prinsip Aria berbuah hasil. Tees.co.id yang merupakan platform marketplace untuk penjualan t-shirt itu berkembang dan dalam waktu delapan bulan saja sudah bisa menghasilkan profit.
“Masalah finansial kadang terjadi. Pokoknya sudah beberapa kali kepala saya pusing setiap akhir bulan karena uang untuk gajian tidak ada. Tapi, kami punya tim solid yang selalu berhasil keluar dari masalah ketika pemasukan seret,” tutup Aria.
Editor: Sigit Kurniawan