Indonesia merupakan tujuan investasi yang menarik bagi investor Tiongkok. Demografi penduduk yang relatif muda, besarnya jumlah angkatan kerja, kelas menengah yang terus meningkat, serta adanya permintaan konsumen yang kuat adalah beberapa faktor yang meningkatkan permintaan investasi China.
Tonny Timor Basry, Head of Commercial Banking UOB Indonesia mengatakan agar alur investasi China ke Indonesia berjalan sesuai harapan, perlu adanya kesamaan pandangan dan keahlian yang dibutuhkan oleh perusahaan Tiongkok dalam mengendalikan kompleksitas berbisnis di Indonesia.
Karena itu, bank swasta asal Singapura UOB mendirikan Foreign Direct Investment (FDI) Advisory Unit sejak tahun 2013. FDI juga melakukan kemitraan strategis dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sejak tahun 2015.
“Kami menawarkan akses layanan bisnis yang menghubungkan para mitra yang terdiri dari institusi pemerintah, asosiasi industri kamar dagang, dan insitusi profesional lain,” ujar dia dalam ASEAN Investment Seminar di Guangzhou beberapa waktu lalu.
Nurul Ichwan, Direktur Fasilitasi Promosi Daerah BKPM menambahkan, pemerintah memberikan kesempatan kepada perusahaan China untuk melakukan promosi investasi ke Indonesia. Sebaliknya, pemerintah pun memperkenalkan kepada investor berbagai sektor bisnis yang potensial, seperti manufaktur, infrastruktur, pariwisata, dan ekonomi digital. “Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menyederhanakan dan mempercepat proses bisnis demi meningkatkan investasi asing,” kata Nurul.
Belt and Road Initiative
Investasi China ke sejumlah negara emerging, termasuk Indonesia merupakan bagian dari Belt and Road Initiative (BRI) Tiongkok yang digagas oleh Pemerintahan Xi Jin Ping. Seiring dengan berjalannya inisiatif ini, negara-negara ASEAN akan memperoleh manfaat berupa meningkatnya investasi asing.
ASEAN akan mendapatkan manfaat dari BRI karena kedekatan geografis antara China dengan ASEAN serta sejarah hubungan dagang yang telah terjalin sebelumnya. Populasi ASEAN yang besar, yaitu lebih dari 640 juta penduduk pada tahun 2017 (ketiga terbesar di dunia) dengan lebih dari 50-nya adalah penduduk muda di bawah usia 30 tahun, memberikan pasar tenaga kerja yang kompetitif. Sekaligus ini merupakan potensi pertumbuhan pasar konsumen yang amat besar.
Pasar konsumen muda ASEAN diproyeksikan akan berlipat ganda pada tahun 2030 menjadi 160 juta dari 81 juta pada tahun 2013. Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh meningkatnya pasar konsumen Indonesia yang diperkirakan akan menjadi dua kali lipat atau sebesar 74 juta pada tahun 20130 dari 34 juta pada tahun 2013
Suan Teck Kin, Chief Economist UOB Group mengatakan, “Perekonomian ASEAN diperkirakan akan tumbuh cepat berdasarkan pertumbuhan yang terjadi dalam 10 tahun terakhir, yang mana pada tahun 2017, ASEAN adalah wilayah ekonomi terbesar kelima di dunia.”
Posisi ini, sambung Suang, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan terbesar keduabelas pada tahun 2007. Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN, berkontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 37% terhadap PDB ASEAN pada tahun 2017 dan diproyeksikan akan sama dalam beberapa tahun ke depan.
Suan bilang, perekonomian Indonesia diprediksi akan terus tumbuh stabil dengan angka PDB antara 5,2%-5,4% pada tahun 2019. “Potensi serta pertumbuhan ekonomi Indonesia ditambah dengan komitmen tinggi pemerintah untuk meningkatkan proses dan iklim investasi. Ini diyakini akan terus membuat Indonesia sebagai negara yang menarik bagi para investor China yang akan berinvestasi ke wilayah ASEAN,” tandasnya.
Editor: Eko Adiwaluyo