CHSE, Cara Pemerintah Terapkan Protokol Kesehatan Bagi Industri Parekraf
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) saat ini sedang gencar mendorong penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE pada usaha-usaha wisata dan ekonomi kreatif. Upaya ini dilakukan untuk membangkitkan kembali sektor ini dari keterpurukan akibat pandemi COVID-19.
CHSE sendiri singkatan dari Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah lingkungan). Langkah ini mulai diterapkan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia sejak September 2020.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio pada saat peresmian program CHSE mengatakan bahwa kunci keberhasilan pariwisata agar dapat segera rebound adalah pelaksanaan protokol kesehatan berbasis CHSE dengan baik dan disiplin di tiap destinasi tujuan dan pelaku sektor pariwisata.
“Tanpa pelaksanaan protokol kesehatan dan disiplin tinggi, maka tidak mudah bagi sektor pariwisata Indonesia untuk dapat bangkit kembali,” ujarnya.
Untuk itu, kemenparekraf sendiri mendorong secara serius dan terukur. CHSE dibuat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Protokol Kesehatan di Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.
Tujuannya untuk meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19 bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum dalam rangka mencegah terjadinya episenter atau kluster baru selama masa pandemi.
Mengutip dari laman Kemenparekraf, CHSE diterapkan pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, mulai dari hotel, restoran daya tarik, homestay, usaha perjalanan wisata, pemandu, SPA, MICE dan minat khusus
Edukasi CHSE
Berbagai upaya edukasi terhadap program CHSE pun dikerahkan. Seperti yang dilakukan oleh Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Administrasi Jakarta Selatan yang menggelar kegiatan Bimtek CHSE tahun 2020. Program ini ditujukan bagi para pengusaha industri pariwisata hotel dan resto yang berada di Jakarta Selatan.
Dibuka oleh Rus Suharto, Plt. Ka. Sudin Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Administrasi Jakarta Selatan, acara ini diikuti 300 peserta. Seluruhnya diberikan materi terkait CHSE dari beberapa institusi yang membidangi CHSE.
Dalam sambutannya Rus mengatakan bahwa pandemi ini telah mengubah paradigma masyarakat. Faktor kesehatan, keamanan, dan keselamatan menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan atau tujuan wisata. Artinya, pengembangan pariwisata harus memerhatikan dan membangun semua aspek pariwisata dan ekonomi kreatif menuju quality tourism.
“Diharapkan quality tourism ini berdampak kepada kita dan membuat wisatawan menjadi lebih betah di destinasi. Sehingga mereka staying lebih lama dan spending lebih banyak,” ujarnya.
Kerja sama dari berbagai pihak pun diharapkan untuk membangun ekosistem ini. Lebih rinci, Rus mengatakan pandemi ini menekan dan berdampak besar terhadap semua aspek kehidupan terlebih kepada industri pariwisata di Jakarta Selatan. Namun, Rus meminta agar semua pihak yang terlibat dalam industri ini harus menghadapi bersama dengan dapat mengimplementasikan penerapan protokol kesehatan sebaik-baiknya.
Di sisi lain, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan terus memberikan dukungan kepada industri pariwisata yang ada di Jakarta Selatan. Tak hanya itu, diharapkan juga bisa menghadirkan inovasi-inovasi yang niscaya memberikan harapan yang lebih baik.
Sampai saat ini, Sudin Parekraf Jakarta Selatan telah mengusulkan sejumlah hotel dan 560 resto yang akan mendapatkan dana stimulus dan beberapa jenis alat kesehatan berbentuk thermogun 1.500 pcs, 2.000 masker dan face shield sebanyak 100 pcs yang akan disalurkan melalui JTF sebagai salah satu mitra Sudin Pariwisata Jakarta Selatan.
“Dengan memberikan teknis event ini, kami berharap industri hotel tidak menyalahagunakan fungsinya, sehingga tidak ada lagi klaster baru di Jakarta Selatan,” tutup Rus.