Cina Pimpin Eksperimen AI Generatif, tapi Minim Implementasi

marketeers article
Ilustrasi AI (Foto: 123rf)

Perusahaan-perusahaan Cina memimpin dalam eksperimen kecerdasan buatan (AI) generatif, meski dalam hal implementasi mereka tertinggal dibandingkan Amerika Serikat (AS). Hal ini mengemuka dalam survei pengembangan software SAS Institute dan periset pasar Coleman Parkes.  

Dalam survei itu menunjukkan 64% perusahaan Cina tengah menjalankan eksperimen awal untuk AI generatif, namun belum sepenuhnya mengintegrasikan teknologi tersebut ke dalam sistem bisnis mereka. Sebagai perbandingan, 58% perusahaan di Inggris dan 41% di AS masih bereksperimen dengan teknologi ini. 

BACA JUGA: Ekspansi Layanan, Apple Cari Mitra AI di Cina

Responden survei adalah para pengambil keputusan dalam strategi GenAI atau analisis data di 1.600 organisasi di seluruh dunia di berbagai sektor utama, terutama perbankan, asuransi, ritel, dan perawatan kesehatan. AS menduduki peringkat teratas dalam hal integrasi GenAI ke dalam proses bisnis mereka, dengan 24% perusahaan telah menerapkan teknologi ini secara penuh, dibandingkan 19% di Cina dan 11% di Inggris. 

Adopsi mengacu pada eksperimen dan implementasi penuh dalam survei tersebut. Organisasi-organisasi di Cina memimpin dalam hal adopsi AI generatif, dengan 83% di antaranya telah menjalankan tes awal atau telah menerapkan teknologi tersebut sepenuhnya.

BACA JUGA: Diserang Merek Cina, Tesla Siapkan 3 Produk Baru

Angka ini jauh lebih tinggi dari Inggris yang hanya 70%, diikuti oleh AS 65% dan Australia 63%.  

“Meskipun Cina mungkin memimpin dalam tingkat adopsi GenAI, adopsi yang lebih tinggi tidak selalu berarti implementasi yang efektif atau hasil yang lebih baik,” kata Stephen Saw, direktur pelaksana di Coleman Parkes dilansir dari CNBC, Rabu (10/7/2024). 

Uno Sglavo, wakil presiden Riset dan Pengembangan AI & Pemodelan Terapan SAS menuturkan untuk mendapatkan manfaat penuh dari AI generatif, teknologi ini harus diintegrasikan secara penuh ke dalam sistem dan produksi di tingkat perusahan.

BACA JUGA: Penjualan iPhone di Cina Meroket 52%

Ekosistem AS vs Cina 

Menurut Sglavo, AS memiliki beberapa keunggulan dalam integrasi AI generatif, termasuk ekosistem yang lebih matang dan kumpulan profesional dan peneliti AI yang sangat terampil. Negara ini memiliki budaya inovasi, kepemimpinan AI yang kuat dari perusahaan swasta, dan lingkungan peraturan yang dapat diprediksi dan transparan dibandingkan dengan negara lain. 

Namun, survei tersebut menunjukkan Cina memiliki posisi yang baik untuk mengejar ketertinggalan dalam implementasi dan pengembangan. Responden di Cina paling percaya diri dalam persiapan untuk mematuhi peraturan AI, dengan hampir seperlima menyatakan siap, dibandingkan 14% di AS. 

Dari responden Cina yang disurvei, sekitar 31% mengatakan tidak memiliki tools yang sesuai, dan hanya 21% yang tidak memiliki keahlian internal untuk menjalankannya.  

Otoritas Cina diketahui telah berupaya menindak potensi AI generatif untuk membuat konten yang mungkin melanggar ideologi dan kebijakan sensor Beijing. Meskipun hal ini membuat perusahaan teknologi Cina lebih berhati-hati dalam meluncurkan layanan seperti ChatGPT, namun juga mendorong mereka untuk berfokus pada perusahaan dan penggunaan AI generatif yang sederhana. 

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS