Peningkatan konsumsi masyarakat selama Ramadan dan Idulfitri akan memengaruhi tren transaksi ekonomi digital dengan meningkatnya pembeli pasar konvensional yang beralih ke platform digital. Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi digital banking pada Maret 2023 meningkat 9,88% dibanding periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) menjadi Rp 4.944,1 triliun.
“Pemerintah dapat melanjutkan dan menggalakkan berbagai program pembinaan UKM dan sosialisasi mengenai transformasi ekonomi digital yang lebih luas,” kata Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Tiola Allain.
Walaupun secara umum terjadi kenaikan harga-harga, tetapi daya beli konsumen juga meningkat karena adanya anggaran tambahan, seperti tunjangan hari raya dan peningkatan penerimaan pada sektor-sektor strategis, seperti makanan minuman. Hal ini menggarisbawahi pentingnya integrasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) ke dalam platform digital.
BACA JUGA: CIPS: Aktivitas Digital Perlu Diimbangi Efisiensi Energi Pusat Data
Mengutip data yang disampaikan Menteri Koordinator Perekonomian Ekonomi Airlangga Hartarto pada awal April lalu yang menyebut 40% atau setara dengan US$77 miliar dari total transaksi ekonomi digital ASEAN berasal dari Indonesia, maka momen Ramadan dan Idulfitri merupakan waktu yang tepat terjadi peningkatan transaksi ekonomi digital.
Pada 2025, nilai tersebut diprediksi akan meningkat dua kali lipat menjadi US$ 130 miliar dan terus akan meningkat hingga mencapai sekitar US$ 360 miliar untuk tahun 2030. Namun, patut disayangkan saat ini aktivitas e-commerce masih terpusat di daerah perkotaan.
Sebesar 76% aktivitas e-commerce masih berada di Pulau Jawa. Sementara itu, penduduk yang tinggal di luar daerah perkotaan, atau setara dengan 45% dari populasi Indonesia, masih mempunyai digital habit yang tertinggal tiga sampai lima tahun di belakang kota-kota besar.
BACA JUGA: Ultra Voucher Tangkap Momentum Berbagi Selama Ramadan 1444H
Tiola menambahkan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi digital, pemerataan akses infrastruktur internet menjadi lebih penting, demi memastikan penduduk di luar kota-kota besar juga dapat diuntungkan dengan kemudahan pelayan digital. Saat ini, terdapat banyak layanan digital yang berdampak besar pada kehidupan masyarakat, seperti pembelajaran jarak jauh dan telemedicine.
Perkembangan aktivitas ekonomi digital yang sangat pesat ini harus dibarengi dengan upaya nyata untuk mendukung keamanan dan pertumbuhan di sektor ini, termasuk meminimalisasi ketimpangan akses teknologi informasi dan komunikasi (digital divide) dan kemampuan digital antar daerah dan antar konsumen di Indonesia. Ketimpangan akses teknologi informasi dan komunikasi dan kemampuan digital dapat menjadi hambatan dalam meningkatkan penetrasi ekonomi digital dan menciptakan peluang ekonomi untuk mereka yang tinggal di kota-kota kecil dan jauh dari pusat ekonomi.
Editor: Ranto Rajagukguk