CIPS: Sustainable Agriculture Perlu Dukungan Adopsi Teknologi Pertanian
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi menilai teknologi berperan penting dalam berkembangnya sektor pertanian di Indonesia. Adopsi teknologi digital pada sektor pertanian mendukung upaya-upaya untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan atau sustainable agriculture.
”Adopsi teknologi digital dapat membantu memitigasi berbagai tantangan yang dihadapi sektor pertanian dalam beberapa tahun terakhir, seperti semakin berkurangnya luas lahan dan krisis iklim. Kedua hal ini menyebabkan banyak hal, misalnya saja bencana alam yang membuat petani harus menunda musim tanam dan panen,” kata Azizah dalam siaran persnya, Kamis (13/10/2022).
BACA JUGA: Perbaiki Unsur Hara Tanah, Pupuk Indonesia Luncurkan D’Komposer
Menurutnya, tantangan pertama adalah belum diprioritaskannya adopsi teknologi digital di sektor pertanian oleh pemerintah. Hal ini terlihat dari Rencana Strategis Kementerian Pertanian (Kementan) tahun 2020-2024 yang belum secara spesifik menjabarkan strategi untuk adopsi teknologi digital. Akibatnya, dukungan pemerintah untuk program-program tersebut masih terbatas dan tidak merata.
Untuk mengatasi hal tersebut, ia mengusulkan Kementan dan kementerian terkait perlu segera menyusun prioritas mengenai pengenalan teknologi digital untuk sektor pertanian. Tantangan kedua adalah rendahnya literasi digital petani.
BACA JUGA: Bersama PT Bintang Toedjoe, Kemenkop UKM Perkuat Industri Pertanian
Mayoritas petani Indonesia rata-rata berumur lebih dari 45 tahun. Keadaan ini menyebabkan sulitnya petani untuk beradaptasi dengan teknologi baru.
Walaupun begitu, makin banyak muda yang bergerak pada sektor pertanian menjadi harapan untuk meningkatkan literasi digital di kalangan petani. Hal ini dapat diintegrasikan dalam program-program penyuluhan pertanian.
Adanya perkembangan teknologi di sektor tersebut dapat menarik investasi lebih banyak. Investasi dalam negeri maupun asing dapat memungkinkan adanya transfer teknologi, pelatihan sumber daya manusia yang berdampak pada peningkatan kualitas pertanian.
Investasi dan regulasi yang dapat mendukung keterbukaan terhadap investasi dibutuhkan saat ini, salah satunya, untuk membangun infrastruktur pendukung dan digital. Ketiadaan keduanya dapat melemahkan daya tarik sektor pertanian, bahkan untuk tingkat nasional.
Peningkatan infrastruktur digital dapat dilakukan dengan menjamin bahwa regulasi mengenai telekomunikasi stabil dan dapat diprediksi. Selain itu, pemerintah Indonesia juga perlu memberikan insentif kepada pihak swasta agar mereka mau membangun infrastruktur digital di daerah-daerah terpencil.
Pemerintah dapat memberikan subsidi maupun keringanan pajak bagi pihak swasta yang bersedia. Azizah menambahkan luasnya lahan pertanian kini tidak lagi dapat dijadikan acuan semata dalam meningkatkan produktivitas pangan.
Mendorong kebijakan intensifikasi merupakan pilihan yang relevan dan relatif tidak berbahaya bagi lingkungan. Selain itu, penting untuk memfasilitasi inovasi pertanian melalui peningkatan research and development.
Editor: Ranto Rajagukguk