Sebelum ini, telah ada tulisan tentang empat fase kehidupan manusia. Pertanyaannya, bagaimana mengisi keempat tahapan hidup tersebut agar bisa benar-benar berarti? Menurut tulisan tersebut, jawabannya adalah Passion. Tapi, apa sebenarnya arti Passion?
Secara bahasa sederhana, arti passion adalah perasaan yang sangat kuat seseorang pada sesuatu. Passion seringkali menjadi akar dari berbagai hal sebelum seseorang melakukan sesuatu. Begitu kuatnya hingga terkadang orang bersedia melakukan apa pun meski dengan pengorbanan yang cukup besar.
Tapi jangan salah, passion tidak selalu sama dengan hobi. Tak selalu orang yang hobi menyanyi atau menggambar berarti mereka memiliki passion untuk menjadi penyanyi atau desainer.
Passion memang seringkali bermula dari hobi. Mulai dari sekadar suka pada sesuatu yang kemudian didalami, dan selanjutnya, mereka tenggelam di dalamnya yang kemudian bertransformasi menjadi passion. Dengan adanya passion, seseorang seringkali terdorong berinisiatif melakukan sesuatu walaupun tanpa diminta.
Seringkali mereka pun bersedia menginvestasikan waktu, tenaga, pikiran, atau bahkan secara finansial untuk mewujudkannya. Dengan passion yang besar, mereka bahkan seringkali tidak dapat mengontrol diri untuk melakukan sesuatu. Ada perasaan seperti “haus” untuk terus menjalankan sesuatu sesuai passion.
Maka tak heran bila ada seseorang yang memiliki passion besar terhadap sesuatu. Orang ini seringkali dianggap memiliki ambisi tinggi dan seakan-akan memiliki energi tak terbatas untuk melakukan sesuatu. Berangkat dari hal tersebut, semakin lama semakin banyak orang yang meyakini bahwa passion sangat penting untuk mereka meraih keberhasilan hidup.
Beberapa waktu terakhir, santer terdengar anjuran orang dalam memilih pekerjaan. Banyak di antara mereka yang berujar “Bekerjalah sesuai Passion, bukan bekerja untuk uang” atau “Tinggalkan pekerjaan Anda, ikutilah Passion Anda!”.
Sayangnya, banyak yang salah menerjemahkan ungkapan ini. Misalnya, ada orang yang sangat hobi memasak, lalu ia menuruti hobi -yang ia anggap sebagai passion- tersebut untuk kemudian memilih karir sebagai koki atau membuka usaha kuliner dan meninggalkan karirnya sekarang yang mungkin sedang menanjak. Padahal, passion ini sebenarnya bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya.
Passion seringkali terbentuk dengan perlahan-lahan, seringkali melalui tahap pengembangan yang rumit dan berliku. Jadi, seseorang bisa jadi menemukan passion-nya di tengah pekerjaan yang ia tekuni. Dan, untuk menjadi benar-benar mahir, ia pun perlu menyempurnakan dirinya yang bisa jadi memakan waktu bertahun-tahun dan jerih payah yang sangat besar.
Inilah yang menjadi jebakan bagi banyak orang. Seperti contoh di atas, ia boleh saja gemar memasak, namun sebenarnya ia belum tentu cocok menjalankan bisnis kuliner. Setelah menyadari kesulitan menjalani bisnis memasak, ia baru sadar bahwa dirinya tidak memiliki passion di bisnis kuliner. Hobinya memang memasak, tapi passion-nya ternyata tidak, hal ini banyak terjadi.
Arti Passion Sebenarnya
Meski begitu, seseorang tidak bisa mengandalkan passion bisa muncul begitu saja dengan sendirinya. Agar lebih aktif, mereka sebaiknya berupaya untuk menemukan passion yang cocok dan menumbuhkannya sesuai dengan perkembangan diri. Passion bagi setiap orang bisa jadi sangat unik baik dari jenis dan intensitasnya, namun secara garis besar dapat terbagi menjadi empat passion, yaitu Passion for Knowledge, Passion for Business, Passion of Service, dan Passion for People.
Passion for Knowledge perlu dimiliki seseorang agar mau mempelajari suatu keahlian atau pengetahuan. Knowledge menjadi pilar pertama yang perlu dikuasai seseorang. Karena bagaimanapun seseorang baru bisa mengembangkan diri secara optimal atau pun membantu orang lain bila memiliki kapabilitas yang mencukupi.
Passion for Business dianjurkan dimiliki agar orang terdorong untuk menjadi mandiri dan tidak menjadi beban orang lain secara finansial. Lebih jauh lagi, seseorang bahkan bisa membantu orang lain dengan memberikan kontribusi berharga secara langsung atau pun tidak langsung. Baik sebagai pengusaha sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan atau pun sebagai pekerja untuk meningkatkan keadaan usaha yang pada gilirannya akan membawa manfaat ekonomis pada rekan kerja.
Passion for Service karena memang manusia adalah makhluk sosial, sehingga secara naluriah ada dorongan untuk mereka selalu terhubung dengan sesama. Secara sadar atau tidak, dalam berbagai interaksi, mereka pun memberikan pelayanan kepada orang lain. Mereka seolah terdorong untuk memberikan perhatian lebih pada kondisi yang dihadapi rekan-rekan mereka.
Passion for People juga berkaitan dengan karakter alamiah manusia sebagai makhluk sosial. Sehingga, passion ini banyak mempengaruhi bagaimana kita membentuk, menjaga, dan mengembangkan hubungan dengan orang lain. Semakin besar passsion ini, semakin terdorong juga kita untuk menjadi bagian dari suatu komunitas. Tidak hanya sekadar hadir tapi juga memberikan kontribusi berharga.
Untuk pemahaman lebih lengkap, empat passion ini akan dibahas dalam buku Citizen 4.0 karya Hermawan Kartajaya yang diterbitkan Gramedia di Museum Puri Lukisan, Ubud, Bali, pada Sabtu (18/11/2017). Dalam buku tersebut akan membahas empat passion tersebut, dalam bab yang berbeda-beda.
Perlu disadari, meskipun berbeda-beda, bukan berarti empat passion ini bisa berdiri sendiri. Bila dikelola dengan baik, empat passion ini menunjang satu sama lain.
Nah, setelah sebelumnya mengenal Human Life Stage dan juga arti Passion yang perlu dimiliki oleh seorang Citizen 4.0. Pertanyaan berikutnya, kapan kita perlu mengembangkan masing-masing passion? Apakah perlu fokus pada satu atau sebaiknya mengembangkan passion secara beriringan? Nantikan tulisan berikutnya 🙂
Dapatkan ulasan mendetail dalam buku Citizen 4.0 yang diluncurkan pada Hari Ulang Tahun Marketing Guru Hermawan Kartajaya di Ubud, Bali pada 18 November 2017
Editor: Eko Adiwaluyo