Julukan negara Maritim menggambarkan potensi besar industri perikanan Indonesia. Sayangnya, perjalanan ekspor Indonesia dinilai Direktur Utama Perum Perindo Risyanto Suanda tak selalu berjalan mulus. Persoalan citra merek menjadi isu utama yang tengah dihadapi industri perikanan Indonesia di pasar global.
Industri perikanan Indonesia dikatakan Risyanto membutuhkan pemain yang lebih serius, bukan hanya soal penangkapan dan perdagangan melainkan inovasi olahan.
“Citra merek menjadi pekerjaan rumah kita saat ini. Pertanyaannya, bagaimana kita membuat produk Indonesia sejajar dengan produk Asia Tenggara dan Amerika. Saat ini konsumen global tidak ragu lagi membeli produk buatan Vietnam, Thailand, dan Filipina karena dianggap telah memenuhi standar. Sementara produk Indonesia memiliki citra yang masih meragukan mereka,” jelas Risyanto di Jakarta, Selasa (29/01/2019).
Bukan hanya pekerjaan negara, hal ini diakui Risyanto menjadi pekerjaan rumah para pelaku industri tanah air. Citra merek Indonesia harus mulai digeser menjadi produk yang berkualitas, higienis, kompetitif, dan ditangkap dengan cara yang ramah lingkungan.
“Persoalan keberlangsungan alam ini penting karena ini menjadi salah satu poin yang disoroti konsumen global saat ini. Terlebih, di kawasan Amerika dan Eropa di mana konsumen akan lebih dulu memastikan bagaimana proses pembuatan produk tersebut sebelum memutuskan untuk mengonsumsi produk itu,” jelas Risyanto.
Perum Perindo pun mulai merancang strategi dalam upaya mengubah citra merek produk ekspor Indonesia. “Kami mengajak para oartner dari luar negeri untuk datang dan melihat langsung ke pusat-pusat penangkapan ikan yang kami lakukan. Dengan cara ini, mereka bisa melihat proses yang terjadi dan kami dapat mengkampanyekan produk Indonesia yang berkualitas, higienis, kompetitif, dan sustainable,” papar Risyanto.
Memulai bisnis ekspor sejak 2016, Perum Perindo mencatatkan volume sekitar 39 ton dengan negara tujuan Amerika Serikat dan Jepang. Jumlah ini meningkat pada 2017 mencapai 83 ton dengan penambahan pangsa pasar di Tiongkok. Pada tahun lalu, ekspor Perum Perindo mencapai 694 ton dengan penambahan negara tujuan ke Vietnam dan Korea Selatan.
Tahun lalu, 25% dari total pendapatan Perum Perindo yang mencapai Rp 1 triliun berasal dari ekspor. Menargetkan total pendapatan mencapai Rp 1,4 triliun di tahun ini, Risyanto optimistis setengah dari pendapatan tersebut berasal dari ekspor.
Editor: Sigit Kurniawan