CMC X Elizabeth: Masuki Era Baru Pemasaran dengan Omnichannel
Omnichannel marketing memegang peranan penting, khususnya dalam meraih hati segmen Gen Z yang kini menjadi target pasar utama banyak industri. Dengan karakteristiknya yang akrab dengan teknologi dan berbagai platform digital, Gen Z membutuhkan pendekatan pemasaran yang lebih inklusif dan terintegrasi.
Sebagai bentuk dedikasi dalam memperkaya wawasan mahasiswa seputar dunia pemasaran, khususnya terkait omnichannel marketing, Campus Marketeers Club (CMC) yang diinisiasi oleh Marketeers kembali diadakan. Kali ini, dalam kerja sama yang erat dengan Elizabeth, merek fesyen lokal yang berdiri sejak dekade 70-an, CMC X Elizabeth menggelar roadshow ke empat kota di Indonesia.
Salah satu pemberhentian spesial dari roadshow ini adalah di Universitas Padjadjaran, melalui kolaborasi bersama Himpunan Mahasiswa Administrasi Bisnis (HIMABIS) Universitas Padjadjaran. Di pemberhentian ini, CMC mengusung tema “Omnichannel Marketing: Embracing Emerging Technologies and Trends!” yang bertujuan untuk membedah lebih dalam mengenai strategi pemasaran omnichannel.
BACA JUGA: BCA Melawan Penipuan Lewat Strategi Omnichannel
Di tengah perubahan pesat teknologi, omnichannel marketing muncul sebagai pendekatan revolusioner dalam dunia pemasaran.
“Meskipun istilah ini mungkin belum familier bagi beberapa orang, pentingnya pendekatan ini tidak dapat diabaikan,” kata Rhesa Almerzada, Social Media Specialist Marketeers dalam acara CMC X Elizabeth, Selasa (12/09/2023).
Dahulu, konsep bisnis tradisional mendominasi dengan menekankan pada interaksi tatap muka. Pelanggan mendatangi toko atau outlet ritel untuk bertransaksi.
Namun, digitalisasi yang mulai muncul pada awal abad ke-21 telah meredefinisi cara masyarakat dalam berbelanja. Platform e-commerce yang bermunculan memudahkan konsumen untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan tanpa harus menginjakkan kaki keluar rumah.
Namun demikian, bersamaan dengan kemajuan tersebut, muncul fenomena ‘digital fatigue’. Banyak masyarakat yang mulai merindukan sentuhan fisik dan pengalaman berbelanja secara langsung, terutama di tengah kekacauan digital yang terus berlanjut.
“Inilah yang kemudian menginisiasikan kemunculan omnichannel marketing. Omnichannel mendorong integrasi dan kesinambungan antara berbagai saluran offline dan online,” ujar Rhesa.
BACA JUGA: Omnichannel Jadi Strategi Engagement Marketing Ala Kopi Good Day
Integrasi Pengalaman Belanja Omni
Salah satu merek yang menggunakan pendekatan ini adalah Elizabeth, merek fesyen lokal yang berdiri sejak tahun 1963. Dengan sejarah yang panjang sejak era 70-an, merek ini telah melalui perjalanan bisnis yang mengagumkan.
Mulai dari menjual produk tas travel, Elizabeth kini telah meluaskan koleksinya yang mencakup berbagai jenis tas wanita, sepatu, sandal, pakaian, jam tangan, koper, koleksi pria, hingga koleksi anak. Dengan lebih dari 90 toko yang tersebar di seluruh Indonesia, kehadiran Elizabeth di industri fesyen Tanah Air tak dapat diragukan lagi.
Di tengah transformasi digital yang pesat, Resti Ghita Pribadi, Brand Manager Elizabeth menyatakan kehadiran fisik saja sudah tidak cukup di era digital ini.
“Mengintegrasikan pengalaman belanja online dan offline melalui strategi omnichannel menjadi sangat penting untuk memberikan pengalaman berbelanja yang konsisten kepada pelanggan kami, terutama Generasi Z,” ujar Ghita.
Melihat hal tersebut, Elizabeth pun telah meluncurkan platform online melalui situs resminya dan pada tahun 2020 mengembangkan aplikasi mobile. Tak hanya itu, merek tersebut juga memaksimalkan kehadiran di berbagai platform e-commerce populer di Indonesia.
“Ketika konsumen mengunjungi toko fisik kami tetapi tidak menemukan produk yang diinginkan, mereka dapat dengan mudah memeriksa ketersediaan produk tersebut di platform online kami. Ini adalah salah satu cara kami memastikan pelanggan tetap mendapatkan apa yang mereka cari,” kata Ghita.
Media sosial menjadi salah satu kunci dari strategi omnichannel Elizabeth. Dengan lebih dari 1 juta pengikut di Instagram dan kehadiran aktif di platform lain seperti TikTok, Youtube, dan Facebook, Elizabeth memahami bagaimana cara berinteraksi dengan audiens muda yang dinamis.
Selain itu, merek tersebut juga memanfaatkan teknologi seperti chatbots untuk meningkatkan layanan pelanggan, meskipun mereka memahami bahwa banyak konsumen masih menghargai interaksi manusia. Oleh karena itu, tim customer service (CS) Elizabeth dilatih untuk berkomunikasi, seperti teman dan memberikan pengalaman yang lebih personal.
Tak hanya itu, Elizabeth juga mengoptimalkan Search Engine Optimization (SEO_ mereka untuk memastikan kehadiran di puncak hasil pencarian terkait.
“Dalam era di mana orang mencari hampir segalanya di Google, memiliki kehadiran yang kuat di mesin pencarian sangat krusial,” ucap Ghita.
Dengan integrasi antara berbagai saluran pemasaran, dari toko fisik, website, aplikasi, media sosial, hingga layanan pelanggan, Elizabeth menjanjikan pengalaman berbelanja yang mulus dan konsisten kepada para pelanggannya.
Editor: Ranto Rajagukguk