Sampah kemasan plastik bekas konsumsi menjadi hal yang terus diperhatikan. Setiap harinya, ribuan sampah plastik dibuang menyebabkan penumpukan di berbagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Padahal jika ditelusuri, kemasan plastik bekas pakai masih bisa dimanfaatkan kembali dengan pengelolaan dan pengolahan yang benar.
Ide untuk mendaur ulang kemasan plastik bekas konsumsi agar bisa dimanfaatkan kembali tercetus pada tahun 2018. Coca-Cola Indonesia menyusul misi World Without Waste milik The Coca-Cola Company meluncurkan Plastic Reborn yang kemudian dilanjutkan dengan Plastic Reborn 2.0 pada tahun 2019.
Plastic Reborn 2.0 menjadi cara perusahaan minuman kemasan ini bertanggung jawab dengan kemasan pasca konsumsi untuk dimanfaatkan kembali menjadi barang baru dan bersifat lebih sustainable. Tujuannya tidak hanya mengurangi, tapi menghapus tumpukan sampah plastik yang akan merusak lingkungan.
Setahun diluncurkan, Plastic Reborn 2.0 mencatat hasil memuaskan. Program ini berhasil mencatat jumlah pengelolaan sampah plastik pasca konsumsi hingga 282 ton. Angka ini meningkat 24% dari program Plastic Reborn 2.0 sebelumnya. Diungkapkan Triyono Prijosoesilo, Wakil Ketua Pelaksana Coca-Coca Foundation Indonesia, peningkatan ini meningkat pesat setelah dilibatkannya sejumlah startup dalam upaya mengelola sampah.
“Startup memiliki potensi yang besar dalam pengelolaan sampah karena mereka muda dan inovatif. Terbukti dengan pencapaian Plastic Reborn 2.0,” klaim Tri.
Kolaborasi ini berawal dari program pelatihan startup oleh Plastic Reborn 2.0 untuk mengadaptasi perkembangan teknologi dalam mengelola sampah. Akhirnya, terpilih tiga startup grantees yang didorong untuk mengembangkan ekosistem bisnis pengelolaan sampah dengan adopsi teknologi.
“Dalam 18 bulan pelatihan, hasilnya justru melebihi target. Startup terpilih berhasil meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah hingga 800% yang berarti kontribusi pengurangan sampah semakin besar,” kata Ahmad Zakky Habibie, Direktur Eksekutif Ancora Foundation selaku kolaborator dalam program pelatihan startup ini.
Diungkapkan lebih lanjut, peningkatan pengumpulan sampah oleh para startup ini di antaranya MallSampah yang berhasil meningkatkan pengumpulan dari 7 ton menjadi 32 ton. naik 361%; Gringgo dari 327 ton menjadi 819 ton, naik 136%; dan CleanUp dari 15 ton menjadi 149 ton, naik 893%.
Tidak hanya meningkatkan kontribusi pengurangan kapasitas sampah, keberhasilan ini juga menunjukkan adanya akselerasi bisnis di setiap lini yang terlibat. Artinya, Plastic Reborn 2.0 juga berhasil memperkuat ekosistem circullar economy yang terbentuk dari program ini. Seperti yang dialami oleh MallSampah. Startup ini berhasil meningkatkan pengguna aplikasi hingga 17.000 dan melibatkan 200 mitra pengumpul sampah di kawasan Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Kabupaten Maros, dan Kota Parepare.
Uniknya, para startup ini juga melakukan kolaborasi. Seperti yang dilakukan oleh MallSampah dan CleanUp. Sama-sama berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan, keduanya mengembangkan fitur Mixed Waste. Fitur ini menjadi layanan pengelolaan sampah yang terintegrasi dalam satu platform. Mulai dari sumber hingga pemrosesan terakhir.
“Jika disatukan, kolaborasi ini berhasil meningkatkan kapasitas para startup terpilih dalam mengelola sampah plastik hingga 81% dengan total 712 ton. Artinya ada rata-rata 21 ton sampah plastik yang dikelola setiap bulannya,” tutup Tri.