Penjualan apartemen diprediksi bisa mengalami perbaikan pada awal tahun 2022. Kondisi tersebut bisa terjadi jika perekonomian semakin membaik. Sebaliknya jika kondisi ekonomi terus menerus tergerus oleh pandemi COVID-19, maka recovery penjualan akan sulit terwujud.
“Colliers memprediksi recovery bisa terjadi pada awal tahun 2022. Namun, jika kondisi belum stabil, kita harus sabar menunggu,” ungkap Ferry Salanto, Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia.
Pada kuartal pertama tahun ini, saat pemerintah mengeluarkan kebijakan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ada sedikit harapan yang cukup memberikan efek pada sektor penjualan properti, khususnya apartemen. Namun, kasus COVID-19 kian melonjak, membuat Colliers merivis proyeksi awal.
“Hasil penelusuaran kami, ada developer yang sudah tidak confidence. Ada yang melakukan penundaan pembangunan under construction, proyek perkantoran, mal, dan kantor. Sehingga, ini mengubah proyeksi kami pada bagian supply,” jelas Ferry.
Tren penurunan ini terlihat dari jumlah proyek yang masuk. Pada tahun 2020 lalu, proyek yang masuk hanya sebesar 2.698 unit. Padahal, tahun sebelumnya jumlah proyek masuk tercatat sebanyak 9.769 unit. “Ini adalah penurunan yang sangat besar,” kata Ferry.
Proyeksi sebelumnya, pada tahun 2021 ada tren peningkatan selama semester pertama, namun kenyataannya sebaliknya. Hal ini dipengaruhi oleh pandemi yang kembali meningkat drastis.
“Proyeksi kami, selama 6 bulan ini bisa terjadi kenaikan. Pada kenyataannya, cuma ada 1 proyek saja yang diserahterimakan dari total 7 proyek atau sebanyak 3.672 unit,” tambah Ferry.
Pada kuartal kedua 2021 ini hanya terdapat satu proyek yang di-launching di daerah Mega Kuningan, yaitu Diamond Tower. Ini merupakan satu-satunya proyek yang diperkenalkan di tahun ini. Banyak developer yang menjadwal ulang proyeknya. Hal ini karena melonjaknya jumlah kasus varian Delta COVID-19 dan pemberlakuan PPKM Darurat membuat beberapa proyek tertunda waktu penyelesaiannya.
“Tahun ini hanya satu proyek saja. Jadi, memang ini sedang mencerminkan bahwa developer cenderung menahan diri untuk tak terlalu agresif dalam membangun.” ungkap Ferry.
Jika dilihat secara menyeluruh, penyerapan apartemen sejak tahun 2016 sudah mengalami penurunan. Diperparah dengan adanya pandemi pada ahun 2020. Pandemi membuat banyak orang menahan diri untuk tidak membeli properti, seperti apartemen, apalagi dalam jumlah banyak.
“Tercatat, tahun 2020 jumlah penjualan unit tidak sampai 2.000 unit, sedangkan tahun sebelumnya sekitar 4700 unit. Pada tahun ini, hingga semester pertama tercatat hanya 575 unit yang laku. Tidak sampai 50% dari periode yang sama tahun 2020. Khusus pada kuartal kedua tahun ini hanya 150-an unit terjual. Jumlahnya sangat sedikit,” terang Ferry.
Saat ini, insentif PPN masih berlaku, namun geliatnya tidak banyak terlihat di kuartal kedua, khususnya pada sektor apartemen. Menurut Ferry, permasalahan pada sektor apartemen adalah jumlah unit ready stock tidak banyak. “Tapi untungnya, program insentif PPN berlaku hingga Desember 2021. Semoga hal ini bisa jadi katalis penjualan pada tahun 2021 dan ada perbaikan tahun berikutnya,” tutup Ferry.
Editor: Eko Adiwaluyo