Community Campaign UNIQLO X Maudy Ayunda: Tak Sekadar Aksi Filantropi

marketeers article
Community Campaign UNIQLO (Foto: Marketeers/Hafiz)

Peritel fesyen asal Jepang UNIQLO kembali menggelar community campaign bersama sang Brand Advocate UNIQLO di Indonesia, Maudy Ayunda.

Bersama artis sekaligus model ini, perusahaan menjadikan anak-anak sebagai salah satu target dari social campaign UNIQLO di Indonesia. Tak sekadar aksi filantropi, kampanye sosial ini juga sarat akan langkah strategis perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. 

Beberapa waktu lalu, UNIQLO bersama Maudy menyambangi SOS Children’s Village, organisasi pengasuhan anak. Di dalam kampanyenya, UNIQLO menghadirkan Clothing Corner dan melakukan Peremajaan Perpustakaan di sana. 

Tujuannya adalah untuk memberikan semangat dan motivasi anak-anak untuk selalu gemar membaca, belajar, dan berpikir kreatif. 

“Kami telah bekerja sama dengan SOS Children’s Village sejak tahun lalu dengan program yang berbeda. UNIQLO dengan lembaga nirlaba ini memiliki visi dan misi yang selaras, khususnya yang terkait dengan people, planet, dan society,” papar Irma Yunita, Corporate Affairs Director PT Fast Retailing Indonesia (UNIQLO).

BACA JUGA: Bocoran Transformasi UNIQLO menjadi Digital Consumer Retail Company

Di Clothing Corner yang dibawa UNIQLO, anak-anak kini memiliki akses rutin terhadap pakaian berkualitas dan beragam, termasuk pakaian sehari-hari, pakaian dalam, pakaian hangat, dan pakaian olahraga untuk mendukung aktivitas anak-anak sehari-hari.

UNIQLO meremajakan perpustakaan di SOS Children’s Village (Foto: Marketeers/Hafiz)

Irma menyebutkan, perusahaan akan mendistribusikan 500 potong pakaian baru maupun pakaian yang disaring dari donasi yang diberikan oleh konsumen UNIQLO

Clothing corner ini menjadi yang pertama di Indonesia dari UNIQLO. Kami melihat setiap anak punya hak untuk mengakses pakaian berkualitas,” lanjut Irma. 

Diharapkan, Clothing Corner ini dapat menjadi sarana yang memberi inspirasi dan memberdayakan anak-anak untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal. 

BACA JUGA: 7 Pelajaran dari Strategi Influencer Marketing PUMA dan UNIQLO

Selain itu, UNIQLO juga meremajakan perpustakaan yang ada di Desa Anak SOS, agar anak-anak memiliki area belajar yang nyaman dan bisa menciptakan lingkungan yang kreatif.

Tak ingin tinggal diam. Maudy pun turut mengambil andil dengan memberikan beberapa koleksi bukunya untuk dimasukkan ke dalam perpustakaan dan berbagi kebahagiaan dengan mendongeng bersama anak-anak di sana. 

“Aku melihat banyak sekali aktivasi dan kampanye dari UNIQLO yang melibatkan People, Planet, dan Society. Aku percaya, semakin banyak kepedulian dan perhatian kita ke anak-anak akan menularkan semangatnya ke anak-anak muda lain,” ujar Maudy. 

Maudy juga bercerita bahwa perkembangan dirinya hari ini sangat didukung dengan literasi dari buku-buku yang ia baca sejak kecil.  “Sebagai BA, kami telah menggelar berbagai campaign dan community communications. Di luar itu, kami juga berencana berkolaborasi untuk social campaign yang menjadi tujuan dari kolaborasi ini,” tutup Maudy.

Tak Sekadar Aksi Filantropi

Tentu, apa yang dilakukan oleh UNIQLO bukan sekadar aksi filantropi. Selain membawa misi sosial, disinyalir aksi sosial ini juga sarat akan langkah strategi perusahaan dalam menjalankan bisnis, khususnya bagi UNIQLO yang banyak menggarap pasar anak muda.

Dipaparkan oleh Hermawan Kartajaya, pakar pemasaran sekaligus Founder dan Chairman MCorp, perubahan perilaku konsumen muda dalam menggunakan barang dan jasa mulai terlihat mencolok sejak awal tahun 2024.

Pria yang akrab disapa HK ini memproyeksikan, perubahan perilaku konsumen akan terus terjadi saban tahun hingga puncaknya pada tahun 2030.

“Pada tahun 2024 kita harus berhati-hati karena konsumen kini semakin peduli akan impact atau dampak sosial dan lingkungan dari produk dan layanan yang mereka gunakan. Semakin lama, arahnya menuju sustainable development goals (SDGs) pada tahun 2030,” kata Hermawan di kesempatan berbeda. 

HK melanjutkan, anak-anak muda dalam menggunakan barang dan jasa saat ini tidak hanya mencari nilai dari produk itu saja. Namun, juga dari nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan dalam memproduksi produk tersebut.

Di sini, perusahaan yang mengutamakan values yang mengarah pada 5P (people, planet, prosperity, peace, and partnership) diprediksi akan mendapatkan kepercayaan konsumen. Sementara, perusahaan yang tak mengutamakan values di dalam bisnisnya akan makin ditinggalkan. 

Related

award
SPSAwArDS