AP 1: Connecting The World Beyond Airport Operator With Indonesian Experience
Angkasa Pura I (AP 1) terus melakukan pembenahan infrastruktur bandara. Pemenuhan kapasitas bandara untuk meningkatkan pelayanan kepada penumpang di bandara-bandara AP 1 yang mengalami Lack of Capacity menjadi fokus utama. Ap 1 memiliki visi lima tahun kedepan, Connecting The World Beyond Airport Operator With Indonesian Experience.
Untuk dapat mencapai visi tersebut, AP 1 telah menyusun Rencana Strategi Perusahaan Tahun 2019-2023 yang terbagi dalam 3 Aspek yaitu, Corporate Strategy, Business Strategy dan Functional Strategy. Menurut Faik Fahmi, Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero), dalam Aspek Corporate Strategy memberikan guidance yang jelas kepada perusahaan, dalam melaksanakan strategi untuk menumbuhkan bisnis melalui strategi ekspansi dan market creation yang diwujudkan antara lain dengan sinergi antara induk dan anak usahanya, sehingga dapat mendorong peningkatan layanan pelanggan yang unggul, serta mengembangkan konektivitas melalui implementasi strategi Hub & Spoke.
Sejalan dengan Corporate Strategy tersebut, terobosan pertama yang dilakukan adalah bergerak menyelesaikan permasalahan keterbatasan kapasitas di 9 bandara dari seluruh bandara yang dikelola AP 1. Pengembangan bandara tidak terbatas pada infrastruktur semata namun juga mencakup peningkatan pelayanan yang diberikan kepada penumpang dan publik. Sehingga AP 1 bukan hanya menciptakan bandara-bandara terkini namun juga yang berpeluang untuk meningkatkan pendapatan dari non-aeronautical/komersial dengan kenyamanan yang lebih baik.
Perubahan yang diprakarsai oleh Faik mengakibatkan terjadinya perubahan pola pada bisnis operator bandara, dimana sebelumnya bandara hanya sebagai tempat naik dan turun penumpang serta layanan lebih banyak diberikan oleh maskapai. Namun saat ini bandara justru memberikan lebih banyak layanan, sementara maskapai lebih fokus pada produk yang mereka jual.
Strategi yang dilakukan adalah mengakselerasi pertumbuhan trafik dan memaksimalkan pendapatan, dengan mengembangkan bisnis jasa terkait dan memperluas portfolio, termasuk meningkatkan Customer Experience bagi penumpang dan publik di bandara.
Saat ini, bandara yang telah selesai dibangun dan dikembangkan adalah Bandara Adi Soemarmo Solo dengan meningkatkan kapasitas dua kali lipat dari dari 1,5 Juta menjadi 3 Juta penumpang per tahun. Berikutnya Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang yang merupakan salah satu Proyek Strategi Nasional (PSN) yaitu pembangunan Terminal Baru yang diselesaikan dengan waktu yang tergolong cepat yaitu hanya memakan waktu 11 bulan. Terminal Baru Semarang ini mampu menampung 7 juta penumpang per tahun dibanding terminal lama yang berkapasitas hanya 800 ribu penumpang per tahun. Dimana dengan adanya Terminal Baru, telah meningkatkan jumlah penumpang dua kali lipat dibanding bandara lama, yaitu dari 10.000 penumpang/hari, menjadi 19.000 penumpang/hari.
Beberapa pembangunan dan pengembangan bandara lainnya yang saat ini masih dalam proses penyelesaian adalah dua Proyek Strategis Nasional lainnya yaitu Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) dan Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin (BDJ) yang keduanya ditargetkan akan beroperasi pernuh dalam waktu dekat, selain itu pengembangan dan pembangunan bandara juga dilakukan di Ambon, Kupang, Surabaya (Terminal 1), Ujungpandang, Manado dan Lombok.
Khusus pengembangan Bandara Lombok, Faik menjelaskan bahwa selain untuk memenuhi kebutuhan kapasitas bandara, juga adalah untuk mendukung pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika, Nusa Tenggara Barat yang menjadi lokasi penyelenggaraan MotoGP 2021, dimana Angkasa Pura I akan memperpanjang landas pacu dari 2.750 meter menjadi 3.300 meter, dan menambah luasan terminal sehingga dapat menampung 5,3 juta penumpang per tahun.
AP 1 berpacu untuk mengembangkan bisnis di bandara, baik Bisnis Aeronautical maupun Bisnis Non Aeronautical, dengan membangun dan mengembangkan kapasitas bandara, serta dengan meningkatkan layanan kepada pengguna jasa bandara, yang inline dengan pengembangan teknologi bandara sebagai enabler.
Peran Anak Usaha masuk ketika induk sebagai operator bandara memiliki keterbatasan untuk melaksanakan beragam bisnis lainnya. Untuk itu, AP I yang saat ini memiliki 5 Anak Usaha yaitu, Angkasa Pura Retail, Angkasa Pura Supports, Angkasa Pura Property, Angkasa Pura Logistics, dan Angkasa Pura Hotel, berupaya mendorong seluruh anak usahanya agar dapat mendukung dan mengembangkan bisnis induknya, baik di dalam bandara untuk mensupport operasional bandara juga tentunya di luar lingkup area bandara.
Seluruh Anak Usaha saat ini sedang terus meningkatkan kinerja dan portfolionya untuk berkembang lebih baik lagi dalam mendukung induk serta juga bisnis di luar induk. “Anak usaha bisa menjadi tulang punggung pertumbuhan bisnis induk. Sinergi antara induk dan anak usaha jadi kunci mendorong pertumbuhan non-aeronautical,” jelas Faik.
Angkasa Pura Hotel misalnya yang bergerak pada bisnis hospitality, saat ini menjadi operator bagi bisnis lounge di bandara – bandara AP I dengan brand Concordia dan juga sebagai operator beberapa hotel bandara seperti Ibis di Bandara Juanda Surabaya dan di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, serta Novotel di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali. Namun, ke depan Angkasa Pura Hotel akan memiliki brand hotel sendiri bernama Grand Cordia untuk level bintang empat, dan Cordia untuk level bintang tiga. Rencananya Hotel Grand Cordia dan Cordia akan mulai beroperasi di Yogyakarta, Banjarmasin, dan Balikpapan.
Selain membangun bandara baru dan mendorong pendapatan dari bisnis non-aeronautical, AP I juga terus mengawal dan meningkatkan pendapatan dari bisnis aeronautical, sejalan dengan yang tertuang dalam bisnis strategi yaitu mempercepat pertumbuhan trafik dan memaksimalkan pendapatan. Strategi yang dikembangkan adalah pro-aktif berkomunikasi dan berkoordinasi dengan para maskapai. Sehingga apa yang direncanakan AP 1 akan sejalan dengan yang direncanakan oleh maskapai.
“Saya puluhan tahun bekerja di dunia aviasi, sehingga kondisi teman-teman di maskapai bisa saya pahami,” singkatnya.
Karena itu, saat kondisi trafik pesawat menurun seperti di tahun di 2019 ini, Faik memilih untuk AP I pro-aktif memberikan insentif khusus kepada para maskapai. Semisal, ketika maskapai menambah frekuensinya di bandara milik AP I atau mendaratkan pesawat dengan jenis yang lebih besar, maka AP I akan memberikan diskon khusus untuk biaya mendarat pesawat tersebut. Diskonnya bervariasi dari 50% hingga 100%. Selain itu, AP I juga mendukung promosi dari para maskapai ketika akan membuka rute baru di bandara milik AP I.