Coronavirus Lemahkan Pasar Merek Mewah Global

marketeers article
PHOTO CREDIT: 123RF

Coronavirus diperkirakan akan memengaruhi pasar barang mewah, dengan kerugian mencapai € 10 miliar. Menurut survei yang dilakukan oleh Italia Altagamma bekerja sama dengan Boston Consulting Group (BCG) dan Bernstein, kerugian tersebut setidaknya tidak akan kembali normal sebelum awal tahun 2021.

Dikutip dari Vogue Business, Coronavirus mengakibatkan nilai dari pasar barang mewah pribadi turun di angka € 309 miliar dan € 319 miliar yang merupakan titik terendah sejak tahun 2015. Beberapa merek mewah bahkan telah mengantisipasi kerugian mencapai € 30 juta hingga € 40 juta.

Survei Altagamma juga memperkirakan wabah Coronavirus akan menyebabkan penurunan EBITDA pasar merek mewah sekitar 13% sepanjang tahun 2020.

“Pasar memiliki kecenderungan untuk seimbang dengan sendirinya. Tetapi untuk sebuah merek, diversifikasi geografisnya cukup kompleks,” ujar Stefania Saviolo, dosen di Universitas Bocconi Milan.

Adanya penurunan revenue pada pasar merek mewah dikarenakan konsumen China menyumbang sekitar sepertiga konsumsi global. Thomas J Edwards Jr., Executive Vice President, CFO, dan COO Capri Holdings menyebutkan, China merupakan pendorong pertumbuhan Asia dan pasar utama merek barang mewah untuk wilayah Asia.

Berdasarkan survei Alatgamma, mayoritas perusahaan akan menghentikan pembukaan toko baru dan akan memprioritaskan pada penjualan online. Beberapa pun akan merelokasikan saham di China dan Asia ke wilayah lain, mengalokasi anggaran marketing ke negara lain, serta mengurangi jumlah pegawai toko karena banyak yang ditutup atau mengurangi jam operasi.

Seperti yang dilakukan oleh Moncler dan Kering. Chief Marketing dan Operating Office Moncler Roberto Eggs mengatakan bahwa perusahaan merek mewah tersebut akan menunda investasi mereka di pasar China. Sedangkan Kering telah merelokasikan inventaris mereka ke daerah lain dan meninjau ulang peluncuran produk di China.

Saviolo juga mengtakan bahwa Coronavirus makin mempercepat masalah ekonomi di China, yang telah menunjukkan perlambatan pada tahun 2019. Hal ini memaksa merek mewah yang menargetkan koleksi mereka ke pasar China untuk mempertimbangkan negara lain sebagai wilayah pemasaran mereka.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related