Crowde, Saatnya Masyarakat Berinvestasi ke Petani Lokal

marketeers article

Alih fungsi lahan pertanian yang begitu massif menjadi masalah pertanian di Jawa Barat. Karenanya, pemerintah dan stakeholder di daerah tersebut perlu menyiapkan para petani untuk mulai memahami proses pertanian dari hulu hingga hilir. Artinya, petani tidak hanya mengerti proses bercocok tanam, tapi juga harus mengerti proses distribusi.

“Akan lebih baik jika petani tidak hanya menjual barang mentah, tapi juga mengatahui bagaimana cara mengemas produk yang membuat produk pertanian mempunyai nilai tambah. Dengan ini, rantai distribusi dapat dipangkas dan menjadikan petani lebih sejahtera, sekaligus mengatasi masalah mafia tengkulak,” kata Dekan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran Edy Suryadi di Bandung.

Seringkali hambatan bagi para petani untuk mengembangkan komoditas adalah masalah modal dan ketidakmampuan mereka memahami permasalahan. Hal ini umumnya dirasakan oleh petani yang berdomisili di desa, di mana mereka masih sulit menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dewasa ini.

Berakar dari masalah tersebut, ada potensi besar di sektor pendanaan modal petani agar mereka bisa memasarkan produknya ke konsumen akhir. Langkah tersebut tengah dirintis oleh Crowde, startup yang memberikan Investasi Modal Tani melalui aplikasi smartphone.

Crowde menjadi wadah bagi investor untuk bergotong royong membantu petani Indonesia. Para investor yang disebut “Teman Crowde” itu bisa berinvestasi, memilih, dan memantau proyek petani yang memanfaatkan modal mereka hingga memperoleh imbal hasil (return).

Teman Crowde dapat melakukan registrasi, memilih proyek tani yang ingin diinvestasikan, menghitung proyeksi keuntungan dari proyek tani bersangkutan, melakukan transaksi secara langsung, hingga mengawasi berjalannya proyek tersebut melalui laporan yang dikirim secara berkala. Investor bisa mulai berinvestasi dari Rp 10 ribu (tanpa kelipatan) pada berbagai proyek petani yang terdaftar di aplikasi Crowde.

“Crowde cocok bagi siapa pun yang ingin belajar investasi sekaligus membantu meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia,” tulis Crowde dalam rilisnya.

Crowd-investing platform ini berdiri pada tahun 2015 dan mulai meluncurkan situs online pada tahun 2017. Startup ini pernah menjuarai penghargaan DBS-NUS 2017 dan didirikan oleh Yohanes Sugihtononugroho.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related