Dafam Hotel Management (DHM) bersama PT Surabaya Mercusuar Indonesia kembali bekerja sama mendirikan hotel. Kali ini, kedua pihak tersebut mendirikan Grand Dafam Signature Yogyakarta International Airport yang berlokasi di Kulonprogo.
Andhy Irawan, CEO Dafam Hotel Management menjelaskan, DHM sudah memperhitungkan prospek bisnis dan potensi ke depannya di daerah ini. Menurutnya, dengan dibangunnya YIA yang menjadi salah satu bandara terbesar di Indonesia, potensinya cukup bagus.
“Unsur bisnis pasti kami lihat. Namun demikian, prinsip Dafam ini juga harus bermanfaat. Dalam arti, kami bidik daerah ini juga dengan harapan dapat bermanfaat dan berpengaruh dengan roda ekonomi skala kecil, khususnya di Kulonprogo dan di Yogyakarta. Profit jalan, manfaat juga jalan,” kata Andhy.
Hengky Tambayong, GM Grand Dafam Signature Yogyakarta International Airport (YIA) menambahkan ada beberapa potensi bisnis baru sejak dibangunnya YIA ini, salah satunya adalah penerbangan untuk Haji. Selain itu, Hengky mendengar pusat peribadatan umat Buddha sedunia akan ada di Borobudur.
“Dengan melihat semua potensi tersebut, kami pun mengambil kesempatan ini. Selain itu, pengembangan wisata Borobudur juga kami lihat beberapa tahun lalu lagi akan sampai ke Kulonprogo. Dari sisi Bandara nya sendiri, pemaksimalannya baru 50%. Investor masih banyak yang bisa masuk. Nah, ini yang kami lihat lima sampai sepuluh tahun ke depan pasti akan ada banyak yang bisa dibangun di sini,” ujar Hengky.
Selanjutnya, Andhy menjelaskan mengapa DHM membangun hotel berbintang 4+ di sini. Menurutnya, DHM bersama PT Surabaya Mercusuar Indonesia ingin melakukan sesuatu yang berbeda. Mereka melihat bisnis dan potensi yang ada ke depannya, bukan hanya di Kulonprogo, namun juga di Yogyakarta.
“Kami juga membidik Yogyakarta. Kami melihat bahwa di daerah sana sudah ramai dan mengapa tidak kami sebarkan saja di sini. Selain itu, fasilitas hotel ini juga akan menjadi daya tarik. Salah satunya lounge kami yang akan segera selesai dibangun. Mungkin akan ada banyak hotel bintang dua atau tiga yang dibangun di sini. Kami sudah mengantisipasi hal tersebut, dan kami tidak takut. Intinya, kami ini berbeda, bukan follower, melainkan trendsetter,” tutur Andhy.
Editor: Ranto Rajagukguk