Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) telah berdampak positif terhadap pertumbuhan industri logam di Indonesia. Tercatat, pada kuartal III tahun 2023 pembangunan IKN memicu tumbuhnya industri logam dasar yang mencapai 10,86% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Taufiek Bawazier, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) mengatakan kinerja nilai bisnis industri logam pada kuartal III mencapai Rp 159,41 triliun. Hal ini merupakan capaian yang baik di tengah kondisi ekonomi global yang belum stabil.
BACA JUGA: Lampaui Pertumbuhan Ekonomi, Industri Logam Tumbuh 6,65%
“Kami bangga pertumbuhan sektor ILMATE di kuartal III 2023 ini lagi-lagi double digit. Capaian positif ini membuktikan bahwa kebijakan yang telah kami jalankan selama ini seperti green mobility, hilirisasi, dan smart supply-demand sudah on the right track sehingga mampu mendongkrak pertumbuhan industri manufaktur,” kata Taufiek melalui keterangannya, Jumat (10/11/2023).
Hingga menjelang akhir tahun, aktivitas industri manufaktur Indonesia masih dalam fase ekspansi. Ini tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) dan Purchasing Manager’s Index (PMI) yang berada di atas level 50,00 atau ekspansi pada Oktober 2023.
BACA JUGA: Dorong Hilirisasi Industri, Ekspor Logam Dasar Ditargetkan Tembus US$ 21 Miliar
Adapun subsektor ILMATE yang memiliki kinerja kinclong sehingga berperan penting pada pembentukan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III tahun 2023, antara lain adalah industri logam dasar, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, industri permesinan, serta industri alat angkutan.
“Sektor-sektor ini yang memberikan kontribusi besar terhadap PDB industri pengolahan nonmigas, baik forward maupun backward linkage,” ujarnya.
Apabila dilihat dari data ekspor-impor, nilai ekspor sektor industri logam dasar pada kuartal III tahun 2023 menembus US$ 10,50 miliar atau terkerek naik sebesar 1,72% (yoy). Sedangkan nilai impornya sekitar US$ 4,89 miliar.
“Hal ini mengakibatkan terjadinya surplus neraca perdagangan hingga US$ 5,61 miliar. Pertumbuhan positif di sektor ini sejalan dengan perbaikan-perbaikan kebijakan di Kemenperin terkait mekanisme smart supply-demand baja nasional,” kata Taufiek.
Berikutnya, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik tumbuh sebesar 13,68% (yoy). Melambungnya sektor ini karena juga adanya lonjakan permintaan dari sektor konstruksi yang mengakibatkan peningkatan produksi barang logam di Provinsi Jawa Barat, Banten dan Jawa Timur.
Editor: Ranto Rajagukguk